Wednesday, March 11, 2009

Daya Tarik Bertanam Hidroponik

Di zaman yang serba modern ini bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Berbagai metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang inginmenekuninya.Salah satunya adalah bertanam secara hidroponik. Berasal dari bahasa Yunani, Hydroponic, di mana hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.

Tak jarang bertanam hidroponik dijadikan hobi pengisi waktu luang bagi sebagian orang. Bahkan tak sekadar hobi, ada juga kemudian yang melanjutkan hingga menjadi bisnis.
Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur dan buah telah umum ditanam secara hidroponik. Sebut saja paprika, timun mini, tomat, dan sayuran hijau.

Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Ambil saja salah satu. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik.

Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim.

Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional.

Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, karena para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen.

Kemahiran dan pengetahuan dalam bidang pertanian bukalah merupakan syarat utama untuk menjalankan bisnis hidroponik. Karena secara praktik ilmu bisa dipelajari. Salah satu contoh kasus, pemilik Parung Farm. Seperti ditulis dalam websitenya (parungfarm.com), pemilik usaha hidroponik di bawah naungan PT Kebun Sayur Segar ini bukanlah sarjana teknik atau pun sarjana pertanian.

Namun karena sangat tertarik dengan teknologi hidroponik ia pun mempelajari berbagai teknologi hidroponik, dengan mempelajarinya secara otodidak dari buku-buku yang yang banyak dijumpai pada toko buku online seperti Amazon.com, berlangganan majalah The Growing Edge serta Aquaponics dari Amerika Serikat, Practical Hydroponics and Greenhouses dari Australia.

Di samping itu pemilik usaha tersebut juga melakukan pencarian informasi terkini dari internet, melakukan korespondensi dengan tenaga ahli dari luar negeri, serta berdiskusi dengan para ahli terkait. Kini hasilnya, produk dengan brand Parung Farm dapat ditemui pada hampir semua supermarket dan hipermarket di Jabodetabek dan Bandung.

Harga yang dipatok untuk tanaman hasil teknologi hidroponik yang terbilang mahal, pada umumnya memang bisa ditemui di tempat perbelanjaan seperti supermarket dan hipermarket. Meski bertanam hidroponik membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan bertanam biasa, namun harga jual produk yang mahal dengan pangsa pasar khusus merupakan daya tarik khusus bagi pebisnisnya.
*

Hidroponik Menggunakan Pupuk Cair Organik
By Harry Surjadi @ 12:18 AM :: 3666 Views :: National Institute of Vegetable and Tea Science di Tsu City, Jepang, 18 Januari 2006 yang lalu mengumumkan telah mengembangkan budi daya sayuran hidroponik menggunakan 100 persen pupuk organik bukan pupuk kimia konvensional, seperti dilaporkan oleh Japan’s Corporate News.

Lembaga penelitian itu mengklaim teknik budi daya menggunakan bahan organik tanpa diolah, seperti ikan buangan dan ampas minyak, belum pernah dilaporkan di mana pun di dunia.

Hidroponik adalah teknik budi daya tanaman menggunakan cairan mengandung nutrien, bukan tanah, sebagai media tanam. Teknologi budi daya ini diinspirasi oleh teknik “shubo” ketika membuat sake (minuman beralkohol terbuat dari beras yang difermentasi), yang menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan etanol dari tepung beras.

Dengan menciptakan ekosistem yang cocok untuk mikroorganisme untuk mengurai atau mengubah nitrogen organik dalam bahan organik menjadi asam nitrit, seluruh pupuk bisa diubah menjadi pupuk organik.

Agar teknik ini bisa dilaksanakan, sedikit tanah pada awalnya ditambahkan di dalam tanki penuh air – kurang lebih lima gram tanah untuk satu liter air – untuk menginokulasi mikroorganisme.

Dengan terus-menerus memberikan oksigen melalui pompa udara dan sedikitnya satu gram bahan organik per liter air setiap hari, mikroorganisme mulai tumbuh. Dalam waktu dua minggu, larutan ini bisa digunakan untuk cairan hidroponik. Pupuk organik ini kemudian bisa ditambahkan langsung untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.

Hasil dari percobaan penanaman menggunakan teknik ini menunjukkan pertumbuhan tomat dan selada menggunakan sisa ikan dan cairan buangan dari produksi tepung sebanding dengan jika menggunakan pupuk kimia.

Metoda ini menarik perhatian bagaimana teknologi memberi kontribusi pada masyarakat yang melaksanakan daur ulang dengan menumbuhkan tanaman dan memanfaatkan limbah organik sisa, seperti ragi bir dan sisa pembuatan tahu.


Persemaian
Rockwool, atau sering juga disebut dengan mineral wool, adalah bahan non-organik yang dibuat dengan cara meniupkan udara atau uap ke dalam batuan yang dilelehkan. Hasilnya adalah sejenis fiber yang memiliki rongga-rongga dengan diameter umumnya antara 6—10 mikromoter.

Rockwool memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah yang baik untuk mendukung perkembangan akar tanaman, sekaligus penyedia nutrisi yang dibutuhkan. Selain itu, rockwool juga berfungsi sebagai struktur penyangga yang cukup baik untuk tanaman tersebut.

Rockwool akan dipotong berbentuk kotak-kotak kecil, disusun di dalam tray, dan dibasahi dengan air. Setelah itu, benih dimasukkan satu persatu dengan bantuan pinset.
Tray yang sudah berisi rockwool kemudian akan diletakkan pada greenhouse pembibitan.

Penanaman

Setelah 30—35 hari, tergantung jenis sayuran, bibit siap untuk ditanam pada greenhouse produksi. Potongan rockwool akan diambil satu persatu dan diletakkan pada lubang-lubang styrofoam.
Populasi per m² kira-kira adalah 20—30 batang tanaman, disesuaikan dengan jenis sayurannya.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam bentuk pemupukan, pengairan, dan kontrol irigasi, dilakukan dengan rutin setiap hari.

Panen
Tanaman akan siap untuk dipanen setelah berada dalam greenhouse produksi selama 25—30 hari. Pemanenan umumnya, dan lebih baik, dilakukan pada pagi hari ketika tanaman berada dalam kondisi segar. Pemanenan dilakukan dengan hati-hati karena tanaman mudah patah.
Tanaman yang sudah dipanen lantas diletakkan pada keranjang panen.

Packing
Hasil panen lantas dibawa ke ruangan packing. Di sini, tanaman akan disortir. Dedaunan yang patah, kuning, atau berlubang-lubang, akan dibuang. Setelah itu, tanaman kembali diletakkan ke dalam keranjang panen, atau dikemas ke dalam plastik sesuai permintaan.

No comments:

Post a Comment