Di zaman yang serba modern ini bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Berbagai metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang inginmenekuninya.Salah satunya adalah bertanam secara hidroponik. Berasal dari bahasa Yunani, Hydroponic, di mana hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Tak jarang bertanam hidroponik dijadikan hobi pengisi waktu luang bagi sebagian orang. Bahkan tak sekadar hobi, ada juga kemudian yang melanjutkan hingga menjadi bisnis. Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim. Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional. Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, karena para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen. Namun karena sangat tertarik dengan teknologi hidroponik ia pun mempelajari berbagai teknologi hidroponik, dengan mempelajarinya secara otodidak dari buku-buku yang yang banyak dijumpai pada toko buku online seperti Amazon.com, berlangganan majalah The Growing Edge serta Aquaponics dari Amerika Serikat, Practical Hydroponics and Greenhouses dari Australia. Lembaga penelitian itu mengklaim teknik budi daya menggunakan bahan organik tanpa diolah, seperti ikan buangan dan ampas minyak, belum pernah dilaporkan di mana pun di dunia. Hidroponik adalah teknik budi daya tanaman menggunakan cairan mengandung nutrien, bukan tanah, sebagai media tanam. Teknologi budi daya ini diinspirasi oleh teknik “shubo” ketika membuat sake (minuman beralkohol terbuat dari beras yang difermentasi), yang menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan etanol dari tepung beras. Agar teknik ini bisa dilaksanakan, sedikit tanah pada awalnya ditambahkan di dalam tanki penuh air – kurang lebih lima gram tanah untuk satu liter air – untuk menginokulasi mikroorganisme. Dengan terus-menerus memberikan oksigen melalui pompa udara dan sedikitnya satu gram bahan organik per liter air setiap hari, mikroorganisme mulai tumbuh. Dalam waktu dua minggu, larutan ini bisa digunakan untuk cairan hidroponik. Pupuk organik ini kemudian bisa ditambahkan langsung untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Hasil dari percobaan penanaman menggunakan teknik ini menunjukkan pertumbuhan tomat dan selada menggunakan sisa ikan dan cairan buangan dari produksi tepung sebanding dengan jika menggunakan pupuk kimia. Metoda ini menarik perhatian bagaimana teknologi memberi kontribusi pada masyarakat yang melaksanakan daur ulang dengan menumbuhkan tanaman dan memanfaatkan limbah organik sisa, seperti ragi bir dan sisa pembuatan tahu. |
Wednesday, March 11, 2009
Daya Tarik Bertanam Hidroponik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment