Monday, May 24, 2010

KEUNTUNGAN BERKEBUN HIDROPONIK

Keuntungan Yang Anda Dapat Nikmati dengan Berkebun Hydroponik Dalam Greenhouse

Ketika datang ke rumah kaca berkebun hidroponik, ada berbagai keuntungan besar. Hidroponik adalah jenis berkebun bahwa Anda dapat dengan mudah menyesuaikan, terutama jika Anda melakukannya di dalam rumah kaca. Jika Anda tidak terlalu akrab dengan jenis berkebun, Anda mungkin tidak menyadari semua manfaat yang sangat baik yang datang bersama dengan itu. Berikut ini adalah melihat beberapa keuntungan yang indah yang dapat dinikmati bila Anda menggunakan rumah kaca berkebun hidroponik tumbuh tanaman Anda.

Bertanam Hidroponik Dalam Greenhouse

Keuntungan # 1: Tanaman Tumbuh Cepat!

* Salah satu keunggulan utama berkebun hidroponik adalah bahwa tanaman anda akan tumbuh lebih cepat. Anda akan menemukan bahwa tanaman tumbuh dua sampai tiga kali lebih cepat daripada jika Anda menggunakan metode berkebun tradisional. Jenis berkebun menggunakan metode khusus memotong akar bersama dengan aerasi melalui air ke akar yang konstan. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan yang cepat.

Keuntungan # 2: Hasil yang lebih besar di Hari Akhir!

* Bahkan pada mereka yang terbaik, metode tradisional berkebun hanya akan berakhir dengan menghasilkan sekitar ¾ dari apa yang akan Anda dapatkan dengan hidroponik, dan itu pada yang terbaik. Bila Anda menggunakan hidroponik greenhouse berkebun Anda akan sering mendapatkan hingga 300% lebih banyak daripada jika Anda sedang berkebun dengan cara tradisional.

Keuntungan # 3: Penampilan Yang Luar Biasa!

* Munculnya menghasilkan anda akan luar biasa juga. Tanaman yang tumbuh hydroponically selalu tampak hebat, dan Anda pasti akan menyukai cara tanaman Anda terlihat ketika mereka selesai tumbuh.

Keuntungan # 4: Menghasilkan Itu Rasa Yang Luar Biasa!

* Anda juga akan menemukan bahwa keuntungan lain berkebun hidroponik rumah kaca adalah bahwa Anda akan mendapatkan hasil yang lezat. Menghasilkan yang ditanam dengan cara ini cukup populer, karena metode ini semakin memberikan rasa yang berbeda serta lebih unggul untuk menghasilkan yang tumbuh di metode lain.

Keuntungan # 5:Pertumbuhan adalah usaha!

* Banyak orang menyukai jenis berkebun karena itu hanya tentang usaha. Jika Anda menggunakan rumah kaca untuk melakukan hidroponik berkebun, mudah untuk menggunakan sistem dan pencahayaan sehingga berkebun menjadi sangat mudah. Setelah Anda menerapkan sistem yang mengontrol pH dan cahaya, pemeliharaan menjadi mudah.

Keuntungan # 6: Tumbuh Sepanjang Tahun!

* Ketika Anda menggunakan hidroponik dalam rumah kaca, Anda dapat tumbuh sepanjang tahun. Tanaman akan baik-baik, bahkan selama musim dingin dan Anda tidak perlu untuk memanaskan rumah kaca tetap seperti itu. Hal ini memungkinkan Anda untuk memiliki menghasilkan bahwa Anda dapat menikmati sepanjang tahun, yang pasti membuat jenis ini juga berkebun berharga.

Berkebun dengan sistem hidroponik greenhouse adalah jenis yang berbeda dalam berkebun, tapi mudah dan datang bersama dengan banyak manfaat baik yang dapat Anda nikmati. Pertimbangkan keuntungan dan kemudian mempertimbangkan untuk memulai sebuah rumah kaca Anda sendiri di mana Anda dapat tumbuhkan berbagai tanaman hydroponically.

Whitney Segura adalah pendiri Taman Artikel, tempat yang sangat dingin untuk menemukan informasi seperti artikel ini. Dia juga bekerja dengan Mini Greenhouse Kits, sebuah perusahaan milik keluarga yang membuat produk-produk hijau.

Monday, April 26, 2010

BUDIDAYA AEROPONIK

PENDAHULUAN
Teknologi penanaman dengan teknik aeroponik merupakan teknologi bercocok tanam sayuran yang sudah mulai banyak dilakukan oleh pengusaha agribisnis. Hasil produksi sayuran yang ditanam dengan menggunakan teknologi ini sekarang ini sudah mulai banyak ditemukan di berbagai pasar swalayan di kota-kota besar. Meskipun harganya tinggi, namun sayuran ini selalu habis dibeli konsumen. Konsumen biasanya dari kalangan menengah keatas. Alasan konsumen tetap memburu produk ini karena kualitas baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma dan citarasa tinggi.
Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Aeroponik merupakan salah satu tipe dari hidroponik karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Salah satu kunci keunggulan aeroponik adalah oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara sehingga respirasi akar lancar dan menghasilkan banyak energi.
Pada awal usaha, biasanya kualitas produksi merupakan tujuan kerja. Setelah itu disusul dengan kuantitas dan kontinuitas. Untuk mencapai produk yang diharapkan, banyak faktor yang mempengaruhi, seperti penguasaan sistem budidaya dan faktor lingkungan. Setelah dapat berproduksi, kemampuan memasarkanpun diperlukan agar usaha tersebut menguntungkan.
Investasi fasilitas produksi budidaya secara aeroponik tidak murah, begitu pula sarana, tenaga kerja, dan biaya operasionalnya. Dengan semakin majunya
1
teknologi aeroponik, semakin efektif penerapannya sehingga diharapkan ada efisiensi biaya, sedangkan produksi diharapkan akan meningkat dengan pesat.
Tabel 1. Perbandingan kelebihan dan kekurangan cara aeroponik dan cara tanam di tanah
ITEM
AEROPONIK
TANAM DI TANAH
Kebutuhan lahan
Luasan yang sempit masih bisa digunakan, kontur lahan tidak harus datar, produktifitas lahan tinggi
Harus luas, realtif datar, perlu rotasi, produktifitas lahan tergantung jenis tanah
Musim
Tidak tergantung musim. Catatan: yang dimaksud di sini adalah kita bisa menanam sepanjang musim, walaupun tentu di musim hujan produktifitas relatif turun karena proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna seperti di musim panas
Tergantung musim
Ketersediaan barang
Ada sepanjang tahun
Tidak selalu ada sepanjang tahun
Kualitas barang
Bersih, sehat, renyah, aroma kurang
Tidak selalu bersih, belum tentu sehat, relatif liat/alot, aroma kuat
Sarana & prasarana
Butuh green house, suplai listrik yang relative besar,
Tidak butuh sarana yang mahal
Teknologi
Teknologi menengah-tinggi
Teknologi sederhana
Operator
Harus mengerti teknologi, sedikit orang
Tidak perlu mengerti teknologi, banyak orang
Investasi awal
Sedang – besar
Kecil – sedang
Waktu
Pendek (1 bulan panen), tanpa pengolahan lahan, setiap hari tanam-setiap hari panen
Sedang-panjang (1,5 – 2 bulan panen), ada waktu untuk pengolahan lahan, tidak bisa setiap saat tanam dan panen
Kepenuhan nutrisi
Terpenuhi karena kita bisa mengaturnya dengan ukuran (formula) yang pasti.
Tidak selalu (pemenuhan kebutuhan nutrisi sulit diukur dengan tepat)
Hama dan penyakit
Relatif aman, terlindung oleh green house
Beresiko karena ruang terbuka
Fleksibilitas
Tanaman dapat dipindah-pindah tanpa tanpa mengganggu pertumbuhan; contoh: pada saat pompa air mati, tanaman dapat dipindah ke unit produksi yang lain.
Tanaman tidak bisa dipindah-pindah, tanaman akan stress.
Kecepatan adaptasi
Saat pindah tanam, bibit bisa langsung tumbuh tanpa aklimatisasi lama
Aklimatisasi lama
2
METODE AEROPONIK
Secara detail, prinsip aeroponik sebagai berikut. Stryrofoam yang digunakan berwarna putih, panjang 2 m, lebar 1 m dan tebal 3 cm. Stryrofoam dibor diameter 1.5 cm dengan jarak tanam 15 x 15 cm sehingga populasi yang diperoleh 44 tanaman/m2 atau 88 tanaman/helai stryrofoam. Bibit yang berumur 12 hari dimasukkan ke dalam lubang tanam yang dibantu dengan busa atau rockwool. Sekitar 30 cm dibawah helai stryrofoam dipasang selang PE diameter 19 mm. Tiap 80 cm selang PE ditancapi sprinkler spray jet warna hijau dengan curah (flowrate) 0,83 l/menit atau setara dengan 50b/jam dan bertekanan 1,5-2 atmosfir pada lubang (oritis) sprinkler.
Tenaga untuk mendorong digunakan pompa dengan daya listrik (watt) antara 800-1.600 W dan dengan debit 200-240 l/m. pompa yang sedemikian kuatnya dapat melayani 100-150 sprinkler atau setara lahan produksi sekitar 200 m2. Tekanan pompa min 1.5 atm, opt 2 atm (diukur dengan manometer).
Mengatur tekanan pompa perlu memperhitungkanhambatan-hambatan yang ada dalam penyaluran aliran. Misalnya, pompa berada tepat di permukaan tanah, sedangkan semua sprinkler berada pada 60 cm diatas permukaan tanah. Tenaga untuk menaikkan 60 cm keatas merupakan hambatan yang akan mengurangi tekanan dan harus diperhitungkan. Selain itu, adanya percabangaan T, siku (elbow) pada belokan, dan keran (ballvalve) juga dapat mengurangi tekanan. Pipa penyalur yang kecil akan menghasilkan gesekan aliran larutan dengan dinding pipa sehingga lebih baik menggunakan pipa atau selang berukuran agak besar untuk mengurangi gesekan.
3
Filter digunakan untuk mengurangi kotoran yang dapat menyumbat lubang sprinkler. Terdapat beberapa macam ukuran filter dari yang kecil, sedang dan besar.Ukuran tersebut menggambarkan jumlah liter aliran yang dapat dilalui per jam. Pancaran kekuatan tinggi akan membentuk kabut butiran halus dengan jarak tembak lebih dari satu meter, dengan turbulensi tinggi dan akan mengambang lama di udara sehingga dapai mengenai seluruh sistem perakaran.
JENIS TANAMAN AEROPONIK
Peluang kebutuhan akan sayuran berkualitaas sangat terbuka dengan makin banyaknya masyarakat yang berbelanja ke pasar swalayan. Diversivikasi jenis sayuran perlu dilaksanakan untuk memenuhi berbagai permintaan pasar. Hingga saat ini jenis sayuran yang banyak dibudidayakan secara aeroponik antara lain berbagai kultivar selada (lettuce keriting hijau, cos/romaine, butterhead, batavia, lollo rossa, iceberg, head lettuce), pakchoy hijau dan putih, caysim, dan kailan serta horenzo yang baru mulai dikembangan. Kangkung dan bayam juga dapat diusahakan secara aeroponik.
Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jualkomoditas tersebut juga dipilih yang dapt memberikan keuntungan maksimal. Tanaman rempah penyedap masakan, seperti oregano, parsley, thyme, dill dan basil dapat diusahakan dalam volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi maka konsumen atau target pasar ke hotek berbintang dan restpran eksklusif.
4
PRASARANA SERRA
Istilah greenhouse menimbulkan banyak persepsi. Oleh karena itu maka istilahnya diganti dengan serra. Serra berasal dari kata serres (bahasa Perancis) yang berarti atap yang tepinya bergerigi.
Serra atau greenhouse merupakan bangunan yang dibuat untuk melindungi tanaman dari gangguan luar, misalnya cahaya matahari, hujan, angin, maupun hama dan penyakit.
1. Serra Plastik
Rangka serra plastik berasal dari kayu atau bambu. Adapun atapnya menggunakan platik UV (ultra violet). Sisi serra plastik hendaknya diberikan kasa (screen) untuk untuk menghindari hama masuk, ventilasi dan meredam kecepatan angin.
2. Serra Net
Atapnya terbuat dari net plastik hitam untuk mengurangi intensitas cahaya, tetapi hama dapat masuk kebun dan air hujan dapat masuk. Net mempunyai daya redam cahaya yang berbeda-beda, misalnya 45%, 55%, 65%, 75% dan 85%. Pada umumnya net yang digunakan 65% berarti 65 % daari cahaya teredam dan hanya 35% yang dapat menembus masuk dalam serra. Kelemahan menggunakan net adalah pada saat mendung atau pagi hari intensitas yang masuk tidaak cukup untuk fotosintesis dengan baik.
5
3. Serra Kasa
Terbuat dari kasa (screen nylon) atau kasa nyamuk. Ada beberapa warna putih, hijau, kuning muda dan biru. Bila menggunakan kasa putih maka cahaya akan leluasa masuk dalam serra. Bila diinginkan cahaya yang agak redup karena disesuaikan dengan kebutuhan tanaman maka dapat dipilih kasa yang berwarna hijau.
Kasa dapat ditembus oleh hujan sehingga lahan menjadi besek daan lembab serta pekerja tidak daapat leluasa melakukan perawatan. Dalam kondisi lembab, tanaman mudah terserang penyakit cendawan. Air hujan dapat terakumulasi di bagian tengah kasa sehingg bagian tersebut menggelendong.
PRASARANA IRIGASI
Yang dibutuhkan :
- Tong untuk pekatan nutrisi
- Tandon larutan
- Pralon
- Selang PE
- Bak tanaman
- Pompa air (bertekanan tinggi dan bervolume besar)
- Sprinkler
- Timer
- Genset atau generator
6
PRASARANA PERALATAN
1. EC-meter (electro conductivity, penghantaran listrik)
Merupakan alat untuk mengukur kepekatan hara dalam larutan. Satuan ukurannya mS atau mmho. Pemakaiannya cukup dicelepkan ke dalam larutan hara.
Tanaman sayuran
Tanaman Sayur buah
bibit
EC 1 mS
Vegetatif
EC rendah
7-10 hari
EC 1,5 mS
Generatif
2.5-3 mS
15-18 hari hingga panen
EC 2 mS
2. TDS-meter (Tottal dissolved solutes/solids)
Merupakan jumlah bobot garam-garam yang terlarut. Angka yang tertera mempunyai satuan ppm. TDS sekitar 700 ppm setara dengan EC 1 mS. Anjuran angka TDS 640 ppm atau 700 ppm.
3. PH-meter
Cara penggunaan dicelupkan pada larutan nutrisi. Setelah alatnya dipakai maka harus dicuci dengan airbersih atau aqua destilata sebelum digunakan untuk menera larutan lain.
4. Oksigen-meter
Sebenarnya oksigenasi pada aeroponik tidak menimbulkan masalah karena butiran kabut yang halus akan merambah oksigen yang berada diudara sehingga pada saat akar menyerap larutan hara, oksigen terlarut telah mencukupi. Namun
7
beberapa pekebun tetap menginginkan pengukuran kadar oksigen pada larutan. Pengukuran oksigen terlarut yang paling tepat ialah pada zona perakaran tetapi karena harus dicelupkan maka pengukurannya dilakukan dalam tandon larutan hara.
5. Higrometer
Kelembaban optimal adalah 70%. Higrometer dipasang ditengah pertanaman sekitar 30 cm diatas tajuk tanaman. Dengan demikian kelembaban yang tercatat merupakan kelembaban di sekitar tajuk tanaman. Dengan peletakan tersebut, angka RH-nya mudah terlihat dari kejauhan sehingga kita dapat cepat bertindak bila terjadi penyimpangan.
6. Termometer
Alat pengukur suhu atau temperatur kadang disatukan dengan higrometer sehingga pengamatannya hanya sekali. Suhu udara optimum sekitar 250C untuk sayuran daun yang dibudidayakan secara aeroponik. Suhu tersebut sebenarnya lebih disesuaikan dengan jenis tanamannya. Karena pada umumnya jenis sayuran yang dibudidayakan berasal dari negeri beriklim sedang.
SARANA PRODUKSI
Komponen sarana produksi yaitu komponen yang hanya sekali pakai habis, seperti benih, media semai, pupuk dan pestisida. Pupuk yang digunakan dapat diramu sendiri atau dibeli. Perusahaan besar biasanya meramu sendiri
8
berdasarkan rumus tertentu sehingga lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keadaan cuaca maupun iklim.
EKOSISTEM PADA BUDIDAYA AEROPONIK
Ekosistem pertanian mempunyai pengertian hubungan antara tanaman dengan komponen disekelilingnya sehingga tercipta lingkungan hidup yang baik bagi tanaman. Di bawah ini diuraikan komponen ekosistem dan cara merekayasa untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
A. Curah Hujan
Curah hujan berpengaruh secara tidak langsung pada produksi aeroponik.
Pada musim penghujan dengan kelembaban tinggi maka akan banyak cendawan. Penggunaan serra plastik dapat melindungi kebun dari hujan. Pada musim kemarau tanaman layu dan menguning. Pada kondisi tersebut, hama akan menyerang tanaman karena mikroorganisme patogen yang biasanya menyerang hama tidak dapat berkembang biak dalam kondisi kering.
B. Kelembaban
Kelembaban nisbi atau RH (relative humidity) optimal sekitar 70%. Pada RH tersebut, turgor (tegangan sel) dan proses fisiologi di dalam tanaman berlangsung dengan baik. Daya isap air dan hara oleh akar juga masih cukup
9
besar. Untuk memonitor tingkat kelembaban di dalam bangunan dapat digunakan higrometer.
Tingkat kelembaban berpengaruh terhadap evapotranspirasi, yaitu tenaga pengisap untuk mengangkat air dan hara dari akar ke tajuk tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka evapotranspirasi akan kecil. Kelembaban yang tinggi dipengaruhi oleh jarak tanam. Kelembaban dibilang rendah apabila 50%. Tanaman yang layu sementara 1 jam saja dapat mengundur umur tanaman selama 2 hari.
Untuk mencegah turunnya RH dengan sistem sprinkler didalam serra. Sistem ini dijalankan apabila RH dibawah 50%. Kelembaban optimum dapat dicapai kembali dalam 10-15 menit.
C. Cahaya
Cahaya diperlukan untuk proses fotosintesis, baik asimilasi CO2 untuk pembentukan karbohidrat maupun asimilasi protein. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Disamping intensitas cahaya, lama penyinaran juga mempengaruhi jumlah energi matahari yang sampai ke bumi. Bila intensitas cahaya yang diterima tanaman terlalu besar maka gelombang cahaya yang sampai ke helaian daun akan berubah menjadi panas yang tinggi. Akibatnya, terjadi kekacauan proses fisiologi di dalam jaringan, klorofil rusak dan warna daun berubah menjadi kuning atau disebut kebakaran (sunburn). Bila intensitas cahaya lebih tinggi lagi, daun akan hangus (scorching).
10
Pada musim penghujan untuk menjaga proses fotosintesis dengan menambahkan unsur Mg dan Fe sebanyak 10% kedalam ramuan pupuk. Untuk meningkatkan konsentrasi Fe biasanya digunakan kelat atau chelate Fe-EDTA. Selang dan pipa yang digunakan harus kedap cahaya dan helai strofoam dipasang secara rapat dan tidak dapat dilalui cahaya agar pertumbuhan ganggang dapat dicegah. Selain itu dapat pula dipasang screen filter untuk menjaga kebersihan larutan dari ganggang. Screen filter ini perlu dibuka sehari sekali lalu dibersihkan dengan air dan sikat halus. Adanya ganggang perlu dicegah karena dapat menyambut sprinkler.
D. Suhu
Konstruksi serra sebaiknya berbentuk piggy back (punggung babi). Untuk menurunkan suhu didalam serra dipasang sprinkler di bagian atas atap serra dan didalam serra. Suhu tandon larutan yang ideal 210C. Di Jakarta, tandon yang tidak kena sinar matahari dan tanpa chiller suhu dapat mencapai 26,60C. Pendapat bahwa suhu larytan di tndon harus rendah didasarkan pada kenyataan bahwa pada suhubrendah kadar oksigennya lebih tinggi.
E. Elevasi
Tinggi tempat mempengaruhi jenis tanaman yang akan ditanam. Contoh sayuran dataran rendah yaitu kangkung, bayam, pakchoy, caisim dan kailan. Adapun sayuran dataran tinggi antara lain head lettuce, iceberg lettuce, cos/romaine, lollo rossa dan butterhead.
11
F. Angin
Angin berfungsi meniup udara panas keluar serra, menurunkan kelembaban yang terlampau tinggi, udara segar masuk membawa CO2.
G. Keasaman (pH)
Kesaran pH yang baik antara 5,5-6,5 dan optimum sekitar 6,0. untuk menurunkan pH dapat digunakan H3PO4 dan untuk menaikkan pH digunakan KOH. Agar keasaman di larutan aeroponik dapat stabil maka digunakan buffer MKP (monokalium fosfat – KH2PO4) yang dapat menstabilkan pH sekitar 6,0. Bila ingin pH sekitar 5,5 dianjurkan menggunakan MAP monoamonium fosfat (NH4H2PO4)
H. Air
Air hendaknya steril dengan diberikan kaporit dengan dosis 3,2 g /m2 larutan hara didalam tandon dua kali seminggu untuk membasmi mikroorganisme di dalam air.
I. Oksigen
Tanaman memerlukan oksigen untuk melakukan respirasi. Pada aeroponik, air dipancarkan melalui sprinkler dengan tenaga pompa bertekanan tinggi, 1,5-2 atmosfer, sehingga butiran air akan mengabut. Tiap butiran kabut akan menangkap oksigen dari udara hingga mencapai kadar maksimum oksigen terlarut sekitar 10 ppm pada suhu 250C.
12
J. Penghantaran Listrik
Untuk memproduksi sayuran daun kadang ditingkatkan EC menjadi 2,5-3,0 bahkan 3,5 tetapi menyebabkan biaya pupuk meningkat. Pemberian EC sebaiknya tidak lebih dari 4,5 mS karena hara tidak terserap lagi oleh akar. Kadang dipakai cF (conductivity factor) yang angkanya 10 kali lipat sehingga EC 2,0 mS/cm menjadi cF 20.
PEMBIBITAN
A. Wadah Semai
Wadah semai dapat berupa nampan plastik yang ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang diperlukan. Jarak tanam benih 1 cm x 1 cm. Dalam satu lubang dimasukkan 1 benih.
B. Media Semai
Media semai dapat berupa arang sekam, bubuk sabut kelapa, kompos dan tanah gembur. Tebal media di nampan semai sekitar 4 cm dianggap cukup untuk berbagai perakaran anak semai sayuran.
C. Benih
13
Benih yang dipilih hendaknya sesuai dengan permintaan pasar. Aeroponik hendaknya diarahkan pada tanaman berumur pendek dan ringan, misalnya caysim, pakchoy, kalian dan lettuce.
D. Penanaman Benih
Benih ditanam dalam barisan dan diatasnya ditutupi dengan arang sekam setebal 0,5 cm untuk menjaga kelembaban. Penyiraman dilakukan sehari satu kali dan ditempatkan pada tempat yang teduh.
E. Perawatan Pesemaian
Cahaya harus cukup karena bila bibit kurang cahaya akan pucat, lemah dan sering mati. Pupuk yang digunakan mempunyai EC 1 – 1,2 mS atau setara dengan 1 g/l air. Dalam waktu 10-14 hari, anak semai sudak layak untuk dipindah tanamkan. Sehari menjelang pindah tanam di semprot dengan fungisida dan insektisida.
F. Pindah-tanam Anak Semai ke Lapangan
Anak semai yang akan dipindahtanamkan dicabut dari nampan, dicuci dan dibersihkan dari arang sekam.Hipokotil, bagian antara kotil diatas dengan pangkal akar dibungkus dengan sepotng rockwool atau busa. Waktu antara pencabutan hingga pindah tanam di lapangan hendaknya dilakukan dengan secepatnya, karena anak semai peka dengan kekeringan.
14
Sumber:
Sutiyoso, Y. 2003. Aeroponik Sayuran. Budidaya dengan Sistem Pengabutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Agung, L.S. 2008. System Aeroponik pada Sayuran. http://www. amazingfarm.com
15

Friday, March 19, 2010

KERUSAKAN PADA PRODUK HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN

Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk pertanian yang lain.

Hal tersebutlah yang menjadi perhatian kita semua, bagaimana agar produk hortikultura yang telah dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat panen mencapai jumlah yang setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya dapat dipertahankan kesegarannya atau kualitasnya selama mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangatlah perlu diketahui terlebih dahulu tentang macam-macam penyebab kerusakan pada produk hortikultura tersebut, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap penyebab kerusakannya. Selanjutnya perlu pula diketahui bagaimana atau upaya-upaya apa saja yang mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi atau meniadakan terjadinya kerusakan tersebut sehingga kalaupun tejadi kerusakan terjadinya sekecil mungkin.

II. JENIS KERUSAKAN PADA PRODUK HORTIKULTURA

2.1. Kehilangan Berat dan Kualitas

Secara umum produk hortikultura yang telah dipanen sebelum sampai ke konsumen atau dalam simpanan penyebab kerusakan yang utama adalah terjadinya kehilangan air dari produk tersebut. Kalau kehilangan air dari dalam produk yang telah dipanen jumlahnya relatif masih kecil mungkin tidak akan menyebabkan kerugian atau dapat ditolelir, tetapi apabila kehilangan air tersebut jumlahnya banyak akan menyebabkan hasil panen yang diperoleh menjadi layu dan bahkan dapat menyebabkan produk hortikultura menjadi mengkerut.

2.2. Mikroorganisme

Agar produk hortikultura tidak lekas layu maka dalam penyimpanannya diusahakan kelembaban lingkungan simpannya tinggi, tetapi kondisi kelembaban tinggi dipenyimpanan sering menyebabkan munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan. Munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang disimpan akan menyebabkan kenampakan produknya menjadi kurang menarik atau jelek sehingga akan menurunkan nilai kualitas dari produk tersebut.

Agar produk hortikultura yang disimpan tidak cepat mengalami proses kerusakan oleh mikroorganisme, diantaranya diupayakan dengan:

· Menjaga kebersihan pada seluruh ruang penyimpanan

· Menjaga sirkulasi uara pada ruang

· Mengurangi terjadinya proses pegembunan pada produk yang dikemas

· Mengurangi / menghindari menjalarnya perkembangan spora dari jamur.

· Menggunakan bahan pencegah jamur, misalnya: dengan uap yang sangat panas selama kurang lebih dua (2) menit pada ruang simpan atau kalau sangat terpaksa dipergunakan bahan kimia seperti: Sodium Hypochlorit / trisodium Phosphat, larutan Calsium Hypochlorit.

III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUSAKAN PRODUK

3.1. Relatif Humidity (Kelembaban Relatif)

Relatif humidity (RH) ruangan di mana produk hortikultura disimpan akan mempengaruhi kualitas produknya. Apabila RH ruang simpan produk hortikulura terlalu rendah maka akan menyebabkan produk hortikulura yang disimpan akan mengalami kelayuan dan pengkerutan yang lebih cepat. Tetapi sebaliknya apabila RH ruang simpan produk hortikultura terlalu tinggi juga akan mempercepat proses kerusakan produk simpanan, karena akan memacu munculnya jamur-jamur pada produk simpanan. Pada RH mendekati 100 % akan memberikan kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan jamur atau pertumbuhan jamur akan sangat hebat sehingga sampai pada bagian dinding ruang simpan juga bagian atapnyapun akan ditumbuhi jamur.

3.2. Sirkulasi Udara

Pergeseran atau sikulasi udara diruang penyimpanan yang cepat selama proses precooling produk simpanan dimaksudkan untuk menghilangkan panas dari produk hortikultura yang dibawa dari lapang, setelah panas dari lapang tersebut dipindahkan maka selanjutnya kecepatan sirkulasi udaranya dikurangi. Di dalam ruang penyimpanan sirkulasi udara diperlukan dengan tujuan agar panas yang terjadi selama berlangsungnya proses respirasi dari produk dapat diturunkan atau dihilangkan juga dengan maksud untuk menyeragamkan kondisi / suhu ruang simpan dari ujung satu dengan ujung yang lainnya.

3.3. Respirasi

Produk hortikultura yang disimpan dalam bentuk segar baik itu sayur-sayuran ataupun buah-buahan proses yang terjadi dalam produk adalah respirasi. Dalam proses respirasi ini akan terjadi perombakan gula menjadi CO2 dan air (H2O).

IV. USAHA UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN PRODUK HORTIKULTURA DALAM SIMPANAN

4.1. Sanitasi

Ruang penyimpanan produk hortikultura perlu dipelihara dalam kondisi yang bersih dan sehat hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga agar produk hortikultura yang disimpan tetap dapat terjaga dalam kondisi segar. Ruang penyimpanan yang dijaga tetap dalam kondisi bersih dan sehat akan memperkecil serangan jamur dan organisme lainnya.

Dalam sanitasi sering dipergunakan senyawa kimiawi yang bersifat racun seperti insektisida, untuk penggunaannya perlu memperhatikan konsep keamanan pangan/HACCP.

4.2. Refrigeration

Tujuan dari refrigerasi dalam ruang penyimpanan produk hortikultura terutama adalah untuk menekan aktivitas enzym respirasi, agar aktivitasnya menjadi serendah mungkin sehingga laju respirasinya sekecil/selambat mungkin produk hortikultura yang disimpan tetap terjaga kesegarannya.

4.3. Pelilinan (Waxing)

Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin buatan pada produk hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak dilakukan. Maksud dari pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah untuk mengambat sirkulasi udara dan menghambat kelayuan (menjadi layunya produk simpanan), sehingga produk yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanya proses transpirasi.

4.4. Irradiasi

Pengendalian proses pembusukan produk hortikultura yang disimpan serta perpanjangan umur simpannya baik itu produk buah-buahan maupun sayur-sayuran segar dapat dilakukan dengan perlakuan penyinaran dengan mempergunakan sinar Gamma.

4.5. Perlakuan Kimiawi dan Fumigasi

Perlakuan dengan menggunakan senyawa kimiawi telah banyak dipergunakan dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan produk-produk pertanian termasuk produk hortikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran, dan dapat dikatakan sebagai cara yang umum dilakukan atau biasa dilakukan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian senyawa kimia adalah penggunaan tetap menjaga keamanan pangan sehingga tidak memberikan dampak yang merugikan bagi keselamatan manusia mengingat produk hortikulura merupakan produk yang dikonsumsi dan sering dokonsumsi dalam bentuk mentah / bukan olahan.

4.6. Pengemasan.

Upaya lain untuk memperpanjang waktu simpan produk hortikultura adalah dengan pewadahan / pengemasan yang baik. Dengan pewadahan ini diharapkan paling tidak dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk selama proses penyimpanan, selain juga dapat mengendalikan kelembaban dari produk sehingga produk dapat tetap segar.

DAFTAR PUSTAKA

Beveridge, T. H. J. (2003).Maturity and Quality Grades for Fruits and Vegetables”. In Handbook of Postharvest Technology, cereals, fuits, vegetables, tea and spices. Ed. A. Chakraverty, .. Mujumdar, G.S.V. Raghavan and H. S. Ramaswamy. Marcel Dekker, Inc. New York.

Pantastico, E.B. 1975. Postharvest Phyisiology, Handling and Utilization of Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Conecticut

PROSES-PROSES PASCA PANEN

Produk Hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang telah dipanen masih merupakan benda hidup, seperti kalau belum dipanen atau masih di pohon. Benda hidup disini dalam pengertian masih mengalami proses-proses yang menunjukkan kehidupanya yaitu proses metablisme. Karena masih terjadi proses metabolisme tersebut maka produk buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen akan mengalami prubahan-perubahan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimiawinya serta mutu dari roduk tersebut.

Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti terjadinya respirasi yang berhubungan dengan pengambilan unsur oksigen dan pengeluaran cabon dioksida, serta penguapan uap air dari dalam produk tersebut, yang petama kita kenal dengan istilah respirai sedangkan yang kedua dikenal sebagai transpirasi.

Kehilangan air dari produk hortikultura kalau masih di pohon tidak masalah karena masih dapat digantikan atau diimbangi oleh laju pengambilan air oleh tanaman. Berbeda dengan produk yang telah dipanen kehilangan air tersebut tidak dapat digantikan, karena produk tidak dapat mengambil air dari lingkungnnya. Demikian juga kehilangan substrat juga tidak dapat digantikan sehinga menyebabkan perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal sebagai kemunduran kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan tersebut justru meningkatkan kualitas produk tersebut.

Kemunduran kualitas dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen biasanya diikuti dengan meningkatnya kepekaan produk tersebut terhadap infeksi mikroorganisme sehingga akan semakin mempercepat kerusakan atau menjadi busuk, sehingga mutu serta nilai jualnya menjadi rendah bahkan tidak bernilai sama sekali.

Pada dasarnya mutu suatu produk hortikultura setelah panen tidak dapat diperbaiki, tetapi yang dapat dilakukan adalah hanya usaha untuk mencegah laju kemundurannya atau mencegah proses kerusakan tersebut berjalan lambat. Berarti bahwa mutu yang baik dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dicapai apabila produk tersebut dipanen pada kondisi tepat mencapai kemasakan fisiologis sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penggunanya. Produk yang dipanen sebelum atau kelewat tingkat kemasakannya maka produk tersebut mempunyai nilai atau mutu yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna/SNI (Standart Nasional Indonesia).

PERUBAHAN FISIOLOGIS PRODUK HORTIKULTURA SETELAH PANEN

Kalau produk hortikultura masih di pohon maka produk tersebut masih medapatkan pasokan / suplai apa saja yang diperlukan dari dalam tanah seperti air, udara serta unsur hara dan mineral-mineral yang diperlukan untuk sintesis maupun perombak tetapi kalau produk tersebut sudah lepas dengan tanamannya/dipanen maka pasokan tersebut sudah tidak terjadi lagi/tidak berlangsung lagi. Kegiatan sintesis yang utama dalam organ yang masih melekat pada tanaman adalah pada aktifitas proses fotosintesis tetapi kalau sudah lepas proses fotosintesis ini sudah tidak terjadi lagi, tetapi proses metabolisme tetap berlangsung baik sintesis maupun perombakan. Proses metabolisme pada buah-buahan maupun sayur-sayuran yang telah lepas dari pohonnya pada dasarnya adalah transpormasi metabolis pada bahan-bahan organis yang telah ada atau telah dibentuk selama bagian tersebut masih dalam pohon yang bersumber dari aktifitas proses fotosintesis. Selain itu juga terjadi pegurangan kadar air dari dalam produk hortikultura tersebut baik karena proses pengeluaran lewat permukaan produk maupun oleh proses metabolisme oksidatif termasuk proses respirasi dari produk yang tetap terus berlangsung.

RESPIRASI

Laju dari proses respirasi dalam produk hortikultura akan menentukan daya tahan dari produk tersebut baik buah-buahan maupun sayur-sayuran yang telah dipanen, sehingga sering dijumpai ada produk yang tahan disimpan lama setelah dipanen seperti pada biji-bijian, umbi-umbian tetapi banyak pula setelah produk tersebut dipanen tidak tahan lama untuk disimpan, seperti pada produk buah-buahan yang berdaging maupun produk hortikultura yang lunak-lunak seperti sayur-sayuran daun.

Agar proses metabolisme dalam suatu material hidup tersebut dapat belangsung terus maka diperlukan persediaan energi yang cukup atau terus menerus pula, dimana suplai energi tersebut diperoleh dari proses respirasi. Respirasi terjadi pada setiap makhluk hidup termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen, yang merupakan proses konversi exothermis dari energi potensial menjadi energi konetis.

Secara umum proses respirasi dalam produk dapat dibedakan menjadi tiga tingkat yaitu: pertama pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana; kedua oksidasi gula menjadi asam piruvat; serta yang ketiga adalah transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya menjadi CO2 , air, dan energi yang berlangsung secara aerobik. Masing-masing proses tersebut dapat dilihat kembali pada Fisiologi Tumbuhan apa namanya ? Substrat dalam proses respirasi tidak hanya berasal dari polisakarida dan asam-asam organis tetapi juga dapat dari protein maupun lemak walaupun dari kedua terakhir sebagai sumber energi kurang dominan, kalau kita lihat berbagai interaksi antara substrat dengan hasil-hasil antara respirasi dan antara hasil antara yang satu dengan lainnya.

PENGUKURAN RESPIRASI

Secara umum dapat dikatakan bahwa laju proses respirasi merupakan penanda atau sebagai ciri dari cepat tidaknya perubahan komposisi kimiawi dalam produk, dan hal tersebut behubungan dengan daya simpan produk hortikultura setelah panen.

Laju atau besar kecilnya respirasi yang terjadi dalam produk hortikultura dapat diukur karena seperti kita ketahui bahwa respirasi secara umum terjadi kalau ada oksigen dengan hasil dikeluakannya carbon doiksida dari produk yang mengalami respirasi maka respirasi dapat diketahui dengan mengukur atau menentukan jumlah substrat yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan, serta energi yang ditimbulkannya. Respirasi juga menghasilkan air (H2O) tetapi dalam hal ini tidak diamati dalam prakteknya karena reaksi berlangsung dalam air sebagai medium, dan jumlah air yang dihasilkan reaksi yang sedikit tersebut “seperti setetes dalam air satu ember”. Energi yang dikeluarkan juga tidak ditenukan oleh karena berbagai bentuk energi yang dihasilkan tidak dapat diukur dengan hanya satu alat saja. Proses oksidasi biologis juga diikuti dengan terjadinya kenaikan suhu dan hal ini sebenarnya juga dapat dipergunakan sebagai penanda seberapa besar laju respirasi yang terjadi/bejalan. Tetapi karena antara keduanya tidak ada hubungan stoikiometrik maka perubahan suhu tidak dipergunakan sebagai penanda laju respirasi dalam produk hortikultura. Pengukuran kehilangan substrat, seperti yang terjadi adanya respirasi akan menyebabkan penurunan berat kering dari produk, tetapi ini mungkin sulit untuk dilakukan pengukuran karena adanya variasi dalam perubahan berat kering secara absolut; untuk itu diperlukan analisis kimia secara langsung.

Ternyata laju respirasi dari produk hortikultura yang telah dipanen mempunyai pola yang berbeda-beda dan dari variasi pola laju respirasi ersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk laju respirasi yaitu kelompok yang mempunyai pola laju respirasi yang teratur, dan kelompok lain kebanyakan produk hortikultura yang berdaging memperlihatkan penyimpangan dari pola respirasi yang terdahulu.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU RESPIRASI

Kecepatan respirasi dari suatu produk hortikultura ternyata tidak selalu tetap tetapi bervariasi, dan variasi tersebut dapat dsebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah:

a. Faktor dalam

· Tingkat Perkembangan,

· Susunan Kimiawi Jaringan,

· Besar-kecilnya Komoditas.,

· Kulit Penutup Alamiah / Pelapis Alami.

· Type / Jenis dari Jaringan.

b. Faktor Luar.

Laju respirasi selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam juga sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada di luar produk tersebut dimana kedua faktor tesebut saling berineraksi apakah saling mendukung atau sebaliknya. Faktor-faktor dari luar tersebut adalah meliputi:

· Suhu.

· Konsentrasi 02 dan C0 2 .

· Zat Pengatur Pertumbuhan.

Salah satu zat pengatur pertumbuhan yang mempunyai peranan dalam pematangan produk hortikultura adalah Ethylene.

· Kerusakan Produk.

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Alumni. Bandung.

Pantastico, E.B. 1975. Postharvest Phyisiology, Handling and Utilization of Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Conecticut.

KEMASAKAN DAN GRADING BUAH-BUAHAN DAN SAYUR-SAYURAN

Buah dan sayuran perkembangan dimulai dengan pembentukan suatu bagian yang dapat dimakan, pembentukan buah, kemunculan bibit, perkembangan umbi, atau perkembangan tangkai bah dan diakhiri dengan kehilangan karakter bagian yang dapat dimakan, melalui kemunduran fisiologi, perkembangan karakter serat-seratan atau kerusakan (spoilage) melalui intervensi mikrobiological (Ryall and Lipton,1972; Reid, 1992). Kondisi kemasakan dari komoditas hortikultura segar adalah merupakan kontinum sepanjang waktu perkembangannya (Gambar 1). Scala waktu berhubungan dengan perkembangannya, tetapi secara pasti lamanya waktu tersebut sangatlah bervariasi dan sangat uniq untuk setiap komoditas. Istilah matang (Mature) berkaitan dengan titik dalam scala waktu perkembangan sewaktu komoditi hortikultura dalam suatu keadaan yang siap untuk dipergunakan (proses, simpan) atau dimakan.

Kualitas disisi lain berhubungan dengan derajat kepuasan dari konsumen atau pengguna seperti ditetapkan berdasarkan pengunaan dari komoditas yang masak tersebut. Kenyataannya kepuasan dapat berkurang karena produk lewat atau kurang masak, dengan demikian produk tersebut dikatakan berkualitas kalau mempunyai kemasakan optimal. Sehubungan dengan hal tersebut penentuan saat panen sangat penting agar produk yang dihasilkan mempunyai nilai tinggi sesuai kebutuhan pasar Karena dari persamaan keduanya antara masak dan kualitas saling berhubungan dan dengan dugaan atau kebutuhan pasar.

Dugaan atau kebutuhan pasar diwujudkan melalui peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh kelompok penanam, melalui rencana kontrak, atau melalui autoritas pemegang kebijakan yang diwujudkan sebagai standar kualitas atau grade dan didukung oleh badan yang berwenang mendukung pelaksanaan regulasi tersebut. Di Indonesia standar kualitas ditentukan oleh badan yang berwenang untuk mengeluarkan tersebut dan produknya diberi label dengan SNI.

GRADE

Di Canada baik buah-buahan maupun sayur-sayuran standar grade meliputi tiga hal atau parameter yang meliputi nama komoditas, suatu seri klas grade kualitasna dan suatu seri atribut yang pergunakan dalam penetapan standar grade tersebut seperti: warna, ukuran, kemasakan, tekstur dan bebas tidaknya dari kerusakan seperti kebusukan, penyakit dan kerusakan akibat benturan fisik. Semua itu dapat dilakukan dilapang dengan menggunakan peralatan yang seminimum mungkin tidak harus menggunakan peralatan yang canggih ini sangat perlu karena demi kemudahan dalam melaksanakan tugas serta kelancaran maupun kecepatan dalam melakukan grading atau inspeksi di lapang. Walau kadang-kadang juga diperlukan alat bantu agar dalam memberikan hasil yang akurat seperti alat pengukur warna atau ukuran buah apel ada alat bantunya kalau memang diperlukan.

Standart grade di Canada nampak konsisten pada buah-buahan maupun sayur-sayuran kriteria standartnya meliputi nama komoditas, suatu seri klas gradenya sesuai dengan standart kualitas yang dapat dipenuhinya, dan suatu seri atribute kriteria standart yang dipergunakan untuk menentukan grade setiap komoditas.

Atribute parameter kriteria seperti warna dan ukuran komoditas kadang-kadang sering di kuantitaskan dengan menggunakan alat sebagai pembanding atau alat koreksi kebenaran dari inspector dalam melakukan tugasnya. Kemampuan inspektor melakukan tugasnya dengan baik dan benar dalam menentukan grade suatu produk atau sistem grading secara umum dengan bantuan alat yang sesedikit-dikitnya atau minimal sangat penting karena akan menentukan kecepatan dalam melaksanakan tugas.

KEMASAKAN

Salah satu hal yang penting sebagai parameter dalam menentukan standar grade suatu komoditas adalah ekpresi dari tingkat kemasakannya. Secara umum dikatakan bahwa kemasakan suatu produk adalah didefinisikan sebagai keadaan suatu produk dapat digunakan ini dilihat dari sudut pandang pengguna/customer. Dalam beberapa produk seperti buah-buahan, suatu proses pemasakan mungkin sangat diperlukan untuk mencapai kondisi suatu produk buah secara optimal untuk dapat dikonsumsi. Proses pemasakan ini umumnya ditunjukkan oleh perubahan dalam warna, tekstur (umumnya pelunakan), dan flavor dan memberikan suatu perubahan yang ideal untuk kemasakan. Arti penting dari indikator kemasakan ini adalah dalam menentukan atau memperkirakan kualitas atau kualitas gradenya dari suatu komoditas yang akan dibutuhkan oleh pembeli.

PUSTAKA

Beveridge, T. H. J. (2003).Maturity and Quality Grades for Fruits and Vegetables”. In Handbook of Postharvest Technology, cereals, fuits, vegetables, tea and spices. Ed. A. Chakraverty, .. Mujumdar, G.S.V. Raghavan and H. S. Ramaswamy. Marcel Dekker, Inc. New York.

FAKTOR LINGKUNGAN PADA TANAMAN HORTIKULTURA

Dalam budidaya tanaman hortikultura agar diperoleh hasil panenan yang memuaskan maka perlu memperhatikan faktor lingkungan tumbuh tanaman. Hal ini identik dengan faktor luar dan faktor di sekitar tanaman, dimana faktor dalam tanaman mempunyai peranan juga dalam produktivitas tanaman hortikultura. Faktor dalam pada tanaman yang dikendalikan oleh gen (DNA) disebut sebagai faktor keturunan (genetik). Sifat yang menyusun tanaman yang diturunkan dikenal sebagai genotype, sedangkan phenotype merupakan sifat atau perilaku dari kenampakan total luar pada tanaman, dan biasanya diukur sebagai suatu hasil secara kuantitatif. Contohnya varietas kobis yang tidak tahan terhadap udara panas krop-nya tidak dapat berkembang apabila ditanam di dataran rendah, sedangkan varietas kobis yang tahan panas seperti KK dan KY Cross baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, krop-nya dapat berkembang.

Genotype suatu varietas tanaman menentukan kemampuan menghasilkan, adaptasi regional, ketahanan terhadap hama/penyakit dan mutu. Sedangkan lingkungan dapat menyebabkan sifat-sifat yang beragam dari suatu tanaman hortikultura. Contoh : suatu varietas yang mempunyai kemampuan menghasilkan tinggi tetapi jika kebutuhan air dan hara tidak terpenuhi serta gulma tidak dikendalikan, maka varietas itu tidak dapat memberikan hasil yang tinggi.

Interaksi antara genotype dan lingkungan ( G x E ) dapat bersifat positif atau negatif. Dikatakan positif apabila tanaman itu mampu menghasilkan denngan baik, dan sebaliknya apabila tidak dapat memberikan hasil baik adalah interaksi negatif. Untuk menentukan interaksi tersebut (positif atau negatif), suatu varietas tanaman hortikultura sebelum disebarkan ke petani hendaknya diadakan pengujian terlebih dahulu pada daerah setempat.

Pelaku hortikultura hendaknya mengetahui keadaan lingkungan setempat dimana mereka mengusahakan tanaman hortikultura. Dalam hal ini petani harus mengetahui tentang hama/penyakit penting yang dapat menyerang, gulma, kondisi tanah maupun iklim yang dapat membatasi pencapaian produksi maksimum dari tanaman yang diusahakan. Beberapa komponen faktor lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman di antaranya adalah : radiasi matahari, suhu, tanah, air.

A. Radiasi Matahari.

Radiasi matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai sumber energi primer tetapi karena pengaruhnya terhadap keadaan faktor-faktor yang lain seperti : suhu, kelembaban dan angin.

Respon tanaman terhadap radiasi matahari pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu : intensitas, kualitas dan fotoperiodisitas. Ketiga aspek ini mempunyai pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya, demikian juga keadaannya di alam, sehingga untuk jelasnya akan diuraikan secara terpisah.

1. Intensitas Cahaya.

Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari). Pengertian intensitas disini sudah termasuk didalamnya lama penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya menggunakan hari.

Besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tidak sama utuk setiap tempat dan waktu, karena tergantung :

a. Jarak antara matahari dan bumi, misalnya pada pagi dan sore hari intensitasnya lebih rendah dari pada siang hari karena jarak matahari lebih jauh. Juga di daerah sub tropis, intensitasnya lebih rendah dibanding daerah tropis. Demikian pula di puncak gunung intensitasnya (1,75 g.kal/cm2/menit) lebih tinggi dari pada di dataran rendah (di atas permukaan laut = 1,50 g.kal /cm2/menit).

b. Tergantung pada musim, misalnya pada musim hujan intensitasnya lebih rendah karena radiasi matahari yang jatuh sebagian diserap awan, sedangkan pada musim kemarau pada umumnya sedikit awan sehingga intensitasnya lebih tinggi.

c. Letak geografis, sebagai contoh daerah di lereng gunung sebelah utara/selatan berbeda dengan lereng sebelah timur/barat. Pada daerah tanaman menerima sinar matahari lebih sedikit dari pada sebelah utara/selatan karena lama penyinarannya lebih pendek disebabkan terhalang oleh gunung. Bahkan lereng sebelah barat dan timur itu sendiri juga sering terdapat perbedaan terutama pada musim hujan. Hal ini disebabkan karena musim hujan biasanya banyak sore hari sehingga lebih banyak awan dibanding pagi hari, akibatnya lereng sebelah barat yang baru meneroma sinar matahari sore hari akan mendapatkan radiasi dengan intensitas yang sangat rendah.

Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar juml;ah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimum). Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh. Namun demikian intensitas cahaya yang sampai pada permukaan kanopi tanaman sangat bervariasi, hal ini merupakan salah satu sebab potensi produksi tanaman aktual belum diketahui. Besarnya kuat cahaya yang mengenai bidang sasaran ada yang menyatakan dengan satuan foot candle (ft-c) dari Inggris. Ft-c menggambarkan kuat penyinaran yang dipancarkan oleh satu lilin standar yang mengenai permukaan bidang sasaran seluas 1 square foot (= 928,088 cm2) pada radius penyinaran 12 inchi (= 30,48 cm). Dalam praktik sehari-hari cahaya bulan diperkirakan mempunyai kuat cahaya 0,05 ft-c, sinar untuk membaca besarnya 20 ft-c, sedangkan untuk proses fotosintesis minimal antara 100-200 ft-c.

Penelitian pada tanaman tomat di Michigan, USA menunjukkan bahwa persentase berat basah, berat kering dan produksinya mempunyai korelasi yang erat dengan intensitas radiasi matahari. Hasil percobaannya tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 : Pengaruh Intensitas Cahaya pada Tanaman Tomat.

Perlakuan

Jumlah cahaya yg diterima (%)

Rata2 intensitas harian (foot candle)

Produksi

buah

(Pound)

Kandungan hijau daun

Efisiensi

Tanaman menerima cahaya MH penuh

100

1140

65

Tinggi

Tinggi

Tanaman yg dilindungi satu lapis kain tipis

50

583

51

Agak tinggi

Cukup tinggi

Tanaman di bawah 2 lapis kain tipis

25

261

32

Rendah

Rendah

Penelitian lain tentang hubungan antara intensitas cahaya dengan keaktifan fotosintesa, leaf area dan pertumbuhan tanaman dilukiskan dalam gambar 1 sebagai berikut.

Dalam menyesuaikan berkurangnya intensitas cahaya (tanaman terlindung), tanaman Mung bean (kacang hijau) menunjukkan menurunnya keaktifan fotosintesis (NAR) tetapi tanaman ini tumbuh denngan menghasilkan daun yang lebih baik, sehingga menaikkan leaf area (LAR). Bertambahnya permukaan daun ini mengimbangi menurunnya NAR pada cahaya yang rendah, sehingga RGR dalam kenyataannya tidak terpengaruh (Monsai et al., 1962). Karena pengaruhnya terhadap berkurangnya fotosintesis, imntensitas cahaya pada umumnya menjadi faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman di rumah kaca dan hot bed selama musim dingin.

Gambar 1: Hubungan antara intensitas cahaya dengan keaktifan fotosintesa, leaf area dan pertumbuhan tanaman Mung bean.

2. Kualitas Cahaya

Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di atmosfer.

Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian kecil saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (short wave radiation). Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan untuk proses fotosintesis.Ukuran panjang gelombang masing-masing radian tersebut terdapat pada gambar 2.

Gambar 2. Panjang gelombang radiasi matahari

Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya matahari gelombang pendek tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas permukaan bumi.

Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batangnya akan menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecil-kecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.

3. Fotoperiodisitas

Fotoperiodisitas atau panjang hari didefinisikan sebagai panjang atau lamanya siang hari dihitung mulai dari matahari terbit sampai terbenam ditambah lamanya keadaan remang-remang (selang waktu sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam pada saat matahari berada pada posisi 60 di bawah cakrawala). Panjang hari tidak terpengaruh oleh keadaan awan seperti pada lama penyinaran yang bisa berkurang bila matahari tertutup awan, sedang panjang hari tetap.

Panjang hari berubah beraturan sepanjang tahun sesuai dengan deklinasi matahari dan berbeda pada setiap tempat menurut garis lintang. Pada daerah equator panjang hari sekitar 12 jam per harinya, semakin jauh dari equator panjang hari dapat lebih atau kurang sesuai dengan pergerakan matahari. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin lama tanaman mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif proses fotosintesis, sehingga hasil akan tinggi. Akan tetapi fenomena ini tidak sepenuhnya benar karena beberapa tanaman memerlukan lama penyinaran yang berbeda untuk mendorong fase pembungaan. Fotoperiodisitas tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dihasilkan oleh suatu tanaman, tetapi juga menentukan waktu pembungaan pada banyak tanaman.

Berdasarkan respon tanaman terhadap panjang hari (fotoperiodisme) maka tanaman dapat digolongkan menjadi tiga kelompok : a) Golongan tanaman hari panjang (long day plants), b) Tanaman hari pendek (short day plants) dan c). Tanaman hari netral (neutral day plants).

Disamping itu dikenal pula panjang hari kritis yaitu panjang hari maksimum (untuk tanaman hari pendek) dan minimum (untuk tanaman hari panjang) dimana inisiasi pembungaan masih terjadi. Panjang hari kritis berbeda-beda menurut jenis tanaman dan bahkan varietas.

Apabila tanaman hari pendek ditumbuhkan pada hari panjang, akan menghasilkan banyak karbohidrat dan protein yang digunakan untuk perkembangan batang dan daun. Oleh karenanya tanaman hari pendek yang ditumbuhkan pada hari panjang secara ekstrim akan tumbuh vegetatif, tidak mampu membentuk bunga dan buah. Sebaliknya apabila tanaman hari panjang ditumbuhkan pada hari pendek akan menghasilkan sedikit karbohidrat dan protein sehingga pertumbuhan vegetatifnya lemah dan tidak berbunga.

Respon tanaman terhadap panjang hari sering dihubungkan dengan pembungaan, namun sebenarnya banyak aspek pertumbuhan tanaman yang dipengaruhinya, antara lain : (a) Inisiasi bunga, (b) Produksi dan kesuburan putik dan tepungsari, misalnya pada jagung dan kedelai, ( c ) Pembentukan umbi pada tanaman kentang, bawang putih dan ubi-ubian yang lain, (d) Dormansi benih, terutama biji gulma dan perkecambahan biji pada tanaman bunga, dan (e) Pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, seperti pembentukan anakan, percabangan dan pertumbuhan memanjang.

Beberapa contoh tanaman hari panjang, hari pendek dan hari netral dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2 : Tanaman hari panjang, hari pendek dan hari netral

Kelompok

Tnm hari pendek

Tnm hari panjang

Tnm hari netral

Sayuran

kentang, ketela rambat kacang-kacangan

bayam, lobak, selada

tomat, lombok, okra

Buah

strawberry

-

strawberry

Bunga

chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia poinsetia

China aster, gardenia, delphinium

Carnation, dianthus, Violet cyclamon

Di Indonesia panjang hari tidak banyak berbeda dari bulan ke bulan selama satu tahun, perbedaan hari terpanjang dan terpendek hanya 50 menit. Semakin jauh dari equator perbedaan panjang hari akan semakin besar. Dengan demikian pengaruh panjang hari terhadap tanaman juga jarang ditemui di daerah tropika.

Pengetahuan tentang panjang hari ini sangant penting bila akan mengadakan introduksi suatu varietas baru dari luar negeri, atau pemilihan varietas yang cocok untuk suatu daerah, dan bagi pemulia tanaman dalam upaya mendapatklan varietas baru yang tahan terhadap panjang hari (tanaman hari netral).

B. Suhu.

Sumber panas di bumi adalah dari matahari yang suhunya pada permukaannya diperkirakan sebesar 6.000oC, dan energi yang dikeluarkan dari sinar matahari dipancarkan ke seluruh arah dengan kekuatan yang konstan. Jumlah panas yang diterima oleh bumi dan atmosfer hanya sekitar 4 per sepuluh juta dari total energi yang dipancarkan. Sebagian energi sinar matahari berupa gelombang pendek. Sinar matahari yang mengenai atmosfer bumi sebanyak 10% adalah gelombang sinar ultra violet, 40% gelombang sinar yang dapat dilihat (visible), sedangkan sisanya 50% berupa gelombang sinar infra merah.

Energi yang dipancarkan oleh sinar matahari tidak langsung diterima oleh permukaan bumi, tetapi beberapa di antaranya dipantulkan atau dialihkan melalui beberapa media serapan. Pada lapisan atmosfer yang menyerap gelombang sinar ultra violet adalah laipsan ozon dan gas oksigen. Dua jenis lapisan gas tersebut sangat berguna bagi tanaman, hewan dan manusia karena melindungi kehidupan di bumi yang tidak kuat terhadap penyinaran sinar ultra violet.

Pengertian suhu mencakup dua aspek, yaitu : derajat dan insolasi. Insolasi menunjukkan energi panas dari matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam, mirip dengan pengertian intensitas pada radiasi matahari. Satu gram kalori adalah sejumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram air sebesar 10C.

Jumlah insolasi atau suhu suatu daerah tergantung pada : a). Letak lintang (Latitude) suatu daerah. Di katulistiwa insolasi lebih besar dan sedikit bervariasi dibandingkan dengan sub-tropis dan daerah sedang. Dengan semakin bertambahnya latitude insolasi semakin kecil, karena sudut jatuh radiasi matahri semakin besar atau jarak antara matahari dan permukaan bumi semakin jauh. Akan tetapi insolasi total untuk satu musim pertumbuhan tanaman hampir sama karena panjang hari yang lebih lama; b) Altitude (tinggi tempat dari permukaan laut) : semakin tinggi altitude insolasi semakin rendah, setiap naik 100 m suhu turun 0,60C ; c). Musim berpengaruh terhadap insolasi dalam kaitannya dengan kelembaban udara dan keadaan awan; d). Angin juga sering berpengaruh terhadap insolasi, apalagi bila angin tersebut membawa uap panas.

Selain keragaman atar daerah, suhu juga bervariasi berdasarkan waktu, baik suhu udara maupun suhu tanah (pagi-siang-sore).

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman dikenal sebagi suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum (pada kondisi ini tanaman dapat tumbuh baik), suhu minimum (pada suhu di bawahnya tanaman tidak dapat tumbuh), serta suhu maksimum (pada suhu yang lebih tinggi tanaman tidak dapat tumbuh). Suhu kardinal untuk setiap jenis tanaman memang bervariasi satu dengan lainnya.

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibedakan sebagai berikut : (1) Batas suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan (2) Batas suhu yang tidak membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Ad. (1). Batas suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui sebagai batas suhu optimum. Pada batas ini semua proses dasar seperti : fotosintesis, respirasi, penyerapan air, transpirasi, pembelahan sel, perpanjangan sel dan perubahan fungsi sel akan berlangsung baik dan tentu saja akan diperoleh produksi tanaman yang tertinggi. Batas suhu optimum tidak sama untuk semua tanaman, sebagai contoh : apel, kentang, sugar-beet menghendaki suhu yang lebih rendah dibandingkan : tanaman jeruk, ketela rambat atau gardenia.

Berdasarkan hal ini tanaman hortikultura dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tanaman yang menghendaki batas suhu optimum yang rendah (tanaman musim dingin), yaitu tanaman yang tumbuh baik pada suhu antara : 450 - 600F.

b. Tanaman yang menghendaki batas suhu optimum yang tinggi (tanaman musim panas), yaitu tanaman yang tumbuh baik pada suhu antara : 600- 750F.

Dari type tanaman tersebut di atas maka dapat dilihat contoh-contoh tanamannya pada tabel berikut :

Tabel 3 : Klasifikasi tanaman hortikultura berdasarkan suhu yang dikehendaki.

Tanaman musim dingin (Optimum suhu : 450-600F)

Tanaman Buah-buahan

Tanaman Sayuran

Tanaman Bunga & Hias

Apel, pear, cherry, plum, strawberry, grape, blackberry, raspberry

Asparagus, spinach, lectuce, kobis, beet, wortel, arcis (pea), kentang

Carnation, geranium, petunia, zennia, pansy

Tanaman musim panas (Optimum suhu : 60 0- 750 F)

Peach, apricot, citrus, olive, fig, persimon, grape

Tomat, lombok, terong, ketimun, semangka, waluh, cantaloupe, beans (kacang-kacangan)

Rose, poinsettia, gardenia, euphorbia, amaryllis, orchid

Ad (2). Batas suhu yang tidak menguntungkan dikelompokkan sebagai berikut :

a. Suhu di atas optimum : tanaman yang tumbuh pada kondisi ini pada akhir pertumbuhannya biasanya menghasilkan produksi yang rendah. Hal ini disebabkan kurang adanya keseimbangan antara besarnya fotosintesis yang dihasilkan dan berkurangnya karbohidrat karena adanya respirasi. Bertambahnya suhu akan mempercepat kedua proses ini, tetapi di atmosfer di atas batas optimum, proses respirasi akan berlangsug lebih besar dari pada fotosintesis, sehingga bertambah tingginya suhu tersebut akan mengakibatkan berkurangnya produksi.

b. Suhu di bawah batas optimum : tanaman yang tumbuh pada kondisi ini akan menghasilkan pertumbuhan yang kurang baik dan produksinya akan lebih rendah. Hal ini disebabkan pada suhu yang rendah besarnya fotosintesis yang dihasilkan dan protein yang dibentuk dalam keadaan minimum, akibatnya pertumbuhan dan perkembangan lambat dan produksi rendah.

Kerusakan tanaman terhadap suhu ekstrim.

Di Indonesia kerusakan tanaman terhadap suhu ekstrim jarang sekali terjadi, karena pada umumnya di daerah tropika variasi suhu tidak terlalu besar. Namun di daerah beriklim sedang kerusakan tanaman akibat suhu rendah sering terjadi, demikian pula di daerah gurun pasir kerusakan akibat suhu tinggi.

Ada beberapa terminologi untuk kerusakan tanaman sebagai akibat suhu rendah, antara lain :

a. Sufokasi (suffocation) : adalah lambatnya pertumbuhan tanaman karena permukaan tanah tertutup lapisan salju, misalnya kekurangan oksigen dalam tanah.

b. Desikasi (desiccation) : disebut dengan istilah kekeringan fisiologis, bukan karena tidak ada air dalam tanah melainkan absorpsi air oleh akar terhambat karena berkurangnya permeabilitas selaput akar atau karena naiknya viskositas air dalam tanah dan bahkan membeku.

c. Heaving : adalah kerusakan tanaman karena hubungan akar dan bagian atas tanaman terputus disebabkan adanya kristal es pada permukaan tanah.

d. Chilling : adalah kerusakan akibat suhu rendah di atas titik beku (± 40C). Gejalanya : garis-garis khlorosis pada daun.

e. Freezing Injury : adalah pembekuan dalam jaringan tanaman yang berupa kristal es didalam atau di antara sel sehingga tanaman rusak secara mekanis, akibatnya bagian tanaman atau seluruh tanaman mati.

Selain kerusakan karena suhu rendah, suhu tinggipun juga merusak tanaman bila berada pada tingkat ekstrim. Beberapa kerusakan tanaman akibat suhu tinggi antara lain : timbulnya kanker batang, rusaknya protoplasma sehingga sel menjadi rusak dan tanaman mati, dan respirasi meningkat secara cepat sehingga cadangan makanan (KH) hasil fotosintesis cepat habis.

Masih dalam kaitannya dengan respon tanaman terhadap suhu, proses pembungaan tanaman dapat dipercepat dengan Chilling (yaitu suhu rendah ± 40C). Cara ini yang sering disebut dengan Vernalisasi, yang keberhasilannya ditentukan oleh : a) Air yang cukup tersedia bagi benih untuk proses imbibisi tetapi tidak boleh terlalu banyak yang dapat menyebabkan benih berkecambah, b). Adanya periode “pre-chilling” selama 10-24 jam pada suhu 15-180C setelah pembasahan benih; c). Oksigen cukup tersedia , dan d). Suhu chilling sebesar 1-60C selama ± 48 jam.

Dalam bidang pertanian dikenal istilah satuan panas (heat unit) , yaitu jumlah panas yang dibutuhkan tanaman selama siklus hidupnya. Satuan panas tidak sama untuk setiap jenis tanaman. Pada tanaman yang sama umur panen akan lebih panjang bila ditanam pada daerah bersuhu rendah karena untuk mendapatkan sejumlah satuan panas tertentu dibutuhkan waktu lebih lama. Sehingga kegunaan praktis dari satuan panas ini adalah untuk meramal saat panen yang tepat setelah mengetahui secara umum berdasarkan deskripsi yang ada.

Walaupun demikian perlu diingat bahwa satuan panas bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan umur panen. Masih banyak faktor lain yang perlu diperhatikan karena pengaruhnya cukup besar terhadap umur panen, antara lain : (a) Kesuburan tanah, dimana tanah yang terlalu subur terutama kandungan unsur N tinggi akan mempercepat panen; (b) Kandungan air dalam tanah dan kelembaban udara, tanaman yang tumbuh pada kondisi basah akan terpacu dominasi pertumbuhan vegetatifnya dari pada yang tumbuh pada kondisi kering; ( c) Radiasi matahari, kaitannya dengan panjang hari akan berpengaruh pada inisiasi pembungaan yang pada akhirnya mempengaruhi umur panen.

Suhu udara dan atau suhu tanah berpengaruh terhadap tanaman melalui proses metabolisme dalam tubuh tanaman, yang tercermin dalam berbagai karakter seperti : laju pertumbuhan, dormansi benih dan kuncup serta perkecambahannya, pembungan, pertumbuhan buah dan pendewasaan/pematangan jaringan atau organ tanaman.

Respon tanaman terhadap suhu dan suhu optimum tanaman berbeda-beda tergantung kepada : jenis tanaman, varietas, tahap pertumbuhan tanaman dan macam organ atau jaringan.

Gambar 3. Respon berbagai kelompok tanaman terhadap suhu

C. T a n a h

Pokok-pokok dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak yang ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang tersedia didalam tanah.

1) Air yang tersedia dalam tanah.

Air tanah terdapat pada pori-pori kapiler dan non kapiler dan selaput pada permukaan butir-butir tanah. Keadaan air tanah dibedakan menjadi :

a) Keadaan kapasitas menahan air maksimum, seluruh pori baik pori mikro maupun makro terisi penuh air.

b) Keadaan kapasitas lapang, bila air telah mencapai keadaan maksimum selama beberapa waktu terjadi pergerakan air ke bawah sampai akhirnya gerakan terhenti, keadaan demikian disebut kapasitas lapang ( Field capasity). Disini pori makro sebagian diisi udara, sedang pori mikro penuh dengan air.

c) Keadaan titik layu, yaitu keadaan air tanah sudah sangat berkurang, dimana ruang pori makro dan mikro tidak berisi air, dan

d) Keadaan air higroskopis, yaitu air sudah habis sama sekali, kecuali pada permukaan partikel-partikel tanah sebagai air adsorbsi yang amat sulit dilepaskan.

Pada prinsipnya ada dua tipe air yang terdapat dalam tanah, yakni : (1) air tersedia, dan (2) air yang tidak tersedia. Air tersedia kadang disebut air kapiler dan dipegang oleh daya kapileritet, sedang kapasitas lapang sama dengan jumlah air tak tersedia dan air tersedia. Air yang tidak tersedia disebut juga dengan air higroskopis dan terikat secara mantap oleh koloid tanah.

Tabel 4. Ketersediaan air pada tanah yang berbeda.

Jenis Tanah (Top Soil)

Kapasitas Lapang (%)

Air tak Tersedia (Higroskopis)%

Air Tersedia (Kapiler) %

Tanah berpasir (Sandy soil)

19,6

3,3

16,3

Tanah lempung berdebu (Silt loam)

31,3

10,1

21,2

Tanah berbatu bata hitam (black adobe)

47,6

12,9

34,7

Dari tabel di atas nampak bahwa kapasitas lapang pada tanah lempung berdebu lebih besar dari pada tanah berpasir, dan air yang tersedia pada tanah pasir lebih kecil dari pada tanah lempung. Dengan bertambah besarnya kapasitas lapang tanah lempung mempunyai persediaan air tersedia lebih besar untuk tanaman.

2) Jarak yang ditempuh oleh pergerakan air yang tersedia.

Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa air tersedia bergerak dalam tanah pada jarak pendek saja, yaitu tidak lebih dari 2 atau 3 feet (60 - 90 cm) saja. Jarak pendek yang dilalui pergerakan air ini mempunyai hubungan yang penting dengan: kedalaman dan rapatnya permukaan absorpsi sistem akar dan jarak letak air di bawah permukaan tanah (dengan kenaikan kapiler dan absorpsi oleh akar).

Dikarenakan bahwa pergerakan air yang jarak pendek ini, tanaman dengan sistem perakaran dangkal tidak dapat mencapai air pada level yang lebih rendah. Oleh karenanya tanaman dengan sistem perakaran yang dalam dan rapat dapat bertahan kekeringan pada tingkat yang lebih besar daripada tanaman yang sistem perakarannya dangkal dan tidak rapat. Pada umumnya akar-akar sebagian besar tanaman yang sistem perakarannya berkembang meluas menembus sedalam 12-18 inch atau 30-40 cm ( 1 inch = 2,34 cm ) dari permukaan air di bawah permukaan tanah. Di dalam daerah 12-18 inch ini ruangan antara partikel tanah berisi air penuh (berlebih-lebihan) dan menderita kekurangan oksigen untuk perkembangan akar. Sehingga suatu permukaan air di bawah permukaan tanah (water table) yang dekat dengan permukaan tanah menjadi pembatas penembusan akar.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa tinggi dari water table ( air tersedia di tanah) benar-benar berpengaruh terhadap pertumbuhan, vigor ( kekokohan/ketahanan ) dan kemampuan berproduksi tanaman yang mempunyai nilai ekonomis. Sebagai contoh, dengan faktor-faktor lain menguntungkan, raspberry menghendaki permukaan air tanah 18-36 inch ( 45-90 cm ) di bawah permukaan tanah. Contoh ; daerah Jawa Timur : tomat, kobis, selada, wortel, bit, bawang merah kurang dalam ; singkong, pohon buah mangga, jambu mete dalam ; jeruk, rambutan, salak kurang dalam.

3) Besarnya pergerakan air yang tersedia.

Besarnya pergerakan air tanah yang dipergunakan tanaman tergantung pada (a) tipe tanah, (b) suhu, (c) konsentrasi larutan tanah & d) Oksigen yang tersedia di tanah

a. Tipe tanah

Disebabkan kandungan koloid yang lebih besar, pergerakan air pada tanah liat (clay) kurang cepat dibandingkan pada tanah pasir. Oleh karenanya untuk menjamin kelestarian pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tanah-tanah pasir harus mendapat air hujan atau air irigasi.

b. Temperatur suhu tanah

Suhu berpebgaruh terhadap pergerakan air dalam 2 cara, yakni berpengaruh terhadap energi kinetic (daya gerak) dan viskositas (kekentalan) molekul.

Suhu bertambah akan menambah tenaga gerak dan mengurangi viskositas, sebaliknya berkurangnya suhu akan mengurangi daya gerak dan menambah viskositas. Oleh karena itu air bergerak kurang cepat pada tanah-tanah yang lebih tinggi dari suhunya. Pengaruh suhu ini dalam praktek misalnya dijumpai pada penanam-penanam yang mempergunakan pemanas pada dasar bedengan perbanyakan tanaman di rumah-rumah kaca. Suhu terutama mempengaruhi kecepatan pertumbuhan.

c. Konsentrasi dari larutan tanah

Makin besar jumlah partikel-partikel yang terlarut pada suatu volume larutan, penghambatan pergerakan molekul-molekul air akan makin besar. Biasanya air tanah mengandung suatu konsentrasi larutan yang rendah dan molekul-molekul air bergerak bebas dari permukaan partikel tanah ke rambut-rambut akar. Namun kadang-kadang konsentrasi larutan tersebut menjadi begitu besar sehingga menghambat pergerakan air, sehingga tidak sampai pada daerah-daerah rambut akar.

d. Oksigen yang tersedia di tanah

Akar-akar sebagian besar tanaman yang mempunyai nilai ekonomis membutuhkan oksigen untuk melangsungkan proses pengisapan air. Percobaan telah menunjukkan bahwa jika oksigen di tanah diganti dengan nitrogen atau karbondioksida, penyerapan air akan berkurang atau berhenti sama sekali. Kebutuhan oksigen untuk absorbsi air ini dititik beratkan kepentingannya untuk memperoleh drainase (pengaliran air) yang baik. Jika ruang pori-pori tanah diisi dengan air, oksigen untuk kelangsungan absorbsi air akan tidak ada (absen).

Agar udara dapat mengambil bagian di tanah, air tanah yang berlebih-lebihan harus dihindarkan dengan mengalirkan air. Hampir sebagian besar tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman-tanaman hias menghendaki tanah-tanah yang drainasenya baik.

FAKTOR TANAMAN

Pokok-pokok faktor tanaman yang mempengaruhi absorbsi air adalah : (1) tenaga mengisap air dari rambut-rambut akar dan (2) dalam dan rapatnya daerah rambut akar.

Tenaga mengisap air dari rambut-rambut akar.

Daerah absorbsi air tanaman terdapat pada titik-titik pertumbuhan dari sistem akar. Di daerah ini sel-sel epidermis tertentu memanjang, dan daerah permukaan absorbsi air bertambah. Sel-sel ini disebut rambut-rambut akar. Fungsinya adalah mengisap air dan zat-zat makanan. Tenaga mengisap air dari akar-akar rambut ini ditentukan oleh tekanan osmose dan tekanan turgor dari akar-akar rambut tersebut.

Tekanan osmose ditentukan oleh konsentrasi air yang berbeda-beda pada masing-masing membran sitoplasma. Membran (selaput) hidup ini adalah semi permeable, dalam beberapa zat/ bahan akan selalu dapat melaluinya dan beberapa tidak.

Biasanya membran ini dapat ditembus ( dilalui ) larutan-larutan mineral dan air tidak dapat ditembus ( dilalui ) bahan-bahan organik, seperti gula dan larutan protein. Gula dan protein ini dalam larutan yang terlarut dengan air dalam rambut-rambut akar dan biasanya dengan air di tana. Disebabkan kadar air yang lebih rendah di rambut akar, air meresap masuk dari tanah ke akar. Lebih rendahnya konsentrasi air di rambut-rambut akar sejauh mana disebabkan oleh kandungan gulanya. Fotosintesa membuat gula. Sebagai akibatnya, tanaman yang fotosintesanya tinggi dan sistem perakarannya berkembang dengan cepat dapat mengisap air lebih banyak pada suatu kesatuan waktu daripada tanaman-tan0aman dengan nilai fotosintesa rendah dan sistem perakarannya berkembang lambat.

Dalam dan rapatnya permukaan absorbsi

Dalam permukaan absorbsi menunjukkan tentang dalamnya akar-akar menembus (memasuki tanah). Pada umumnya, dalamnya penembusan berubah-ubah tergantung jenis tanaman dan tipe dari tanah.

Beberapa tanaman mempunyai sistem perakaran yang agak dangkal dan yang lain mempunyai sistem perakaran yang dalam. Tanaman dengan sistem perakaran yang dalam dapat memperoleh lebih banyak air daripada tanaman dengan sistem perakaran dangkal. Hal ini terutama jelas pada keadaan transpirasi yang tinggi.

Dalam- dangkalnya sistem perakaran suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh prosentase kandungan oksigen pada bermacam-macam tanah. Jenis tanaman yang sama yang tumbuh pada tanah lempung berliat akan mempunyai sistem perakaran yang lebih dangkal dari tanaman yang tumbuh di pasir atau lempung berpasir.

Pada kenyataan, banyak tanaman yang tumbuh di tanah yang sangat berpasir akar-akarnya mampu menembus sekitar 20-25 fost (6-7,5 m) dan di tanah liat hanya mampu menembus sekitar 3-4 fost (0,9-1,2 m).

Kecepatan permukaan absorbsi menunjukkan jumlah rambut-rambut akar dan akar-akar yang tumbuh baik yang menempati masing-masing satu kesatuan volume tanah. Dengan mengambil dua tanaman A dan B, sistem perakaran tanaman A mempunyai satu juta akar-akar rambut untuk setiap cubic foot (0,027 m3 ) tanah dan panjangnya 10 foot (3 m) dan akar-akar tanaman B hanya mempunyai 10.000 akar-akar rambut untuk setiap cubic foot (0,027 m3 ) tanah yang dicapai oleh akar-akar. Dikarenakan air bergerak hanya jarak pendek saja dan disebabkan kerapatan akar tanaman A lebih besar, akan memperoleh jumlah air yang lebih besar daripada tanaman B.

Jadi baik dalamnya penembusan akar dan derajat bercabang-cabangnya akar memegang peranan penting, terutama selama periode-periode transpirasi tinggi. Ciri-ciri khas tanaman tahan kekeringan adalah tanaman-tanaman yang sistem perakarannya dalam dan meluas.

D. PERANAN UNSUR HARA BAGI TANAMAN

Unsur hara atau nutrisi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman yang dapat diibaratkan sebagai zat makanan bagi tanaman. Sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, seperti : nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), belerang (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur hara makro sering dibagi menjadi dua bagian, yakni unsur hara primer (N, P dan K) dan unsur hara sekunder (S, Ca dan Mg). Selain unsur hara tersebut, tanaman juga mambutuhkan unsur lain yang juga dalam jumlah besar, yaitu : karbon ©, hidrogen (H) dan oksigen (O). Namun unsur-unsur ini (C, H dan O) jarang dibicarakan, bukan karena peranannya kecil akan tetapi karena ketersediaannya dialam yang berlimpah serta peranannya dalam proses metabolisme tidak berdiri sendiri. Kekurangan unsur ini juga tidak dapat dilihat secara terpisah. Unsur C diserap tanaman dalam bentuk CO2 dalam proses fotosintetis, unsur H diserap dalam bentuk H2O dan unsur O diserap dalam bentuk O2 pada proses respirasi. Sedangkan yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah kecil), antara lain besi (Fe), borron (B), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu) dan molibdenum (Mo).

Jumlah energi yang dibutuhkan bagi penyerapan aktif unsur hara tanaman diperoleh dari respirasi karbohidrat yang terbentuk sebagai hasil dari fotosintesis tanaman. Oleh karenanya sejumlah faktor yang mengurangi laju fotosintesis, akan mengurangi suplai energi di dalam tanaman dalam waktu lama dan akibatnya mengurangi laju penyerapan unsur hara.

Setiap unsur hara memiliki peran spesifik dalam tanaman, namun demikian ada beberapa unsur yang berperan ganda. Karena setiap unsur memainkan peran khusus, maka suatu keadaan defisit atau berlebihan umumnya akan mengakibatkan gejala khas. Bila sejenis unsur memiliki lebih dari satu peran khusus, maka akan timbul berbagai macam efek defisiensi bergantung pada proses dalam tanaman yang dipengaruhi.

Agar tanaman tumbuh sempurna, maka sebaiknya semua unsur esensial harus tersedia dalam jumlah cukup. Jika lebih dari sejenis hara yang kurang dalam suatu tanaman, maka akan kecil respon tanaman tersebut bila yang diberikan hanya satu unsur hara diantaran0ya. Beberapa faktor lain, seperti : hama, penyakit, gulma dan faktor pembatas yang lain juga akan menurunkan respon tanaman terhadap pemupukan. Diagram berikut ini menunjukkan peran yang dimainkan sejumlah unsur hara dalam proses fotosintesis dan sintesis karbohidrat.

Fungsi Nitrogen dalam Tanaman

Tanaman non legume biasanya menyerap N dari dalam tanah dalam bentuk NO3- atau NH4 +. Pada kebanyakan tanah pertanian NO3- merupakan bentuk senyawa N yang paling banyak diserap tanaman. Tanaman legume mampu mengambil N2 dari atmosfir dengan bantuan Rhizobia sp. Hanya sedikit N tanah yang digunakan oleh tanaman legume.

N-anorganik dalam lingkungan normal segera diubah menjadi asam-asam amino dan akhirnya dirangkai menjadi protein tanaman. Protein sel-sel vegetatif sebagian besar lebih bersifat fungsional daripada struktural dan bentuknya tidak stabil sehingga selalu mengalami pemecahan dan reformasi.

Sebagai pelengkap bagi peranannya dalam sintesa protein, Nmerupakan bagian tak terpisahkan dari molekul klorofil dan karenanya suatu pemberian N dalam jumlah cukup akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang vigor dan warna hijau segar. Pemberian N yang berlebihan dalam lingkungan tertentu dapat menunda pendewasaan tanaman.

Secara fungsional nitrogen juga penting sebagai penyusun enzim yang sangat besar peranannya dalam proses metabolisme tanaman, karena enzim tersusun dari protein. Nitrogen merupakan unsur amat mobil dalam tanaman yang berarti bahwa protein fungsional yang mengandung N, dapat terurai pada bagian tanaman yang lebih tua, kemudian diangkut menuju jaringan muda yang tumbuh aktif.

Gejala Defisiensi

Bila tanah kurang mengandung N tersedia, maka seluruh tanaman bisa berwarna hijau pucat atau kuning (klorosis). Hal ini bisa terjadi karena rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dulu menguning karena N dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung pertumbuhan, dimana ia digunakan kembali guna menunjang pertumbuhan baru. Daun bawah tanaman yang defisien mula-mula menguning di bagian ujung dan gejala klorosis cepat merambat melalui tulang tengah daun menuju batang. Daun tepi dapet tetap hijau untuk beberapa saat. Bila defisiensi menjadi semakin berat, daun tertua kedua dan ketiga mengalami pola defisiensi serupa dan daun tertua pada saat itu akan menjadi coklat sempurna.

Bila defisiensi N dapat dilacak pada tahap awal pertumbuhan , maka defisiensi dapat dipulihkan dengan suatu penambahan pupuk yang mengandung N dengan sedikit pengaruh pada hasil panen.

Fungsi Fosfor dalam Tanaman

Fosfor dalam bentuk senyawa fosfat organik, bertanggung jawab pada salah satu atau beberapa cara perubahan energi dalam bahan hidup. Sejumlah senyawa fosfat telah terbukti bersifat esensial bagi fotosintesis, sintesis karbohidrat dan senyawa lain yang sejenis, glikolisis, asam amino, metabolisme lemak dan S, serta oksidasi biologis. Karena peranannya sebagai energi tanaman, P merupakan unsur yang segera mobil dan dipusatkan dibagian pertumbuhan aktif.

Tanaman menyerap sebagian besar kebutuhan fosfornya dalam bentuk ortofosfat primer H2PO4 -. Sejumlah kecil bentuk H2PO4-- juga diserap dan bentuk P yang terdapat dalam tanah dikendalikan oleh pH larutan tanah.

Imobilitas P dalam tanah mengisyaratkan cara penempatan pupuk yang baik karena mempengaruhi penggunaan P secara efisien. Suplai P yang mencukupi adalah penting pada awal pertumbuhan tanaman, karena pada masa ini tanaman mengalami masa primordia reproduktif dan oleh karenanya menentukan hasil biji yang maksimum.

Gejala Defisiensi

Tanaman jagung muda yang defisien P biasanya menunjukkan pertumbuhan terhambat dan berwarna hijau gelap. Pengerdilan menyeluruh terjadi karena kurangnya P tersedia bagi beberapa reaksi biokimia tanaman yang memerlukan energi. Produksi klorofil bisa berkurang dan jika hal ini terjadi terbentuklah pigmen merah, yakni antosianin, yang mendominasi dan memeberikan warna keunguan pada daun. Perubahan warna merah atau ungu dimulai pada ujung daun dan berlanjut di sepanjang tepi daun.

Fungsi Kalium

Peranan K dalam tanaman nampaknya sebagai katalis dalam seluruh kisaran reaksi termasuk : (a) Metabolisme karbohidrat ; (b) Metabolisme nitrogen ; © Aktivasi enzim ; (d) Memacu pertumbuhan di jaringan meristem ; dan (e) Mengatur pergerakan stomata dan kebutuhan air.

K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dari kompleks pertukaran dan segera mobil dalam tubuh tanaman.

Gejala Defisiensi

Empat penampakan penting pada tanaman yang defisien K yaitu :

i). Sintesis protein. Dalam penelitian dengan tanaman tebu membuktikan bahwa pada tanaman yang kekurangan hara K, tidak terjadi akumulasi N-protein di daun karena adanya penurunan dalam sintesis protein.

ii). Ketahanan terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K lebih peka terhadap penyakit dibanding tanaman yang diberi pupuk cukup .

iii). Ketahanan terhadap kekeringan. Berkat peranan unsur K dalam mengatur pembukaan stomata, maak K berperan penting dalam kadar air internal tanaman. Tanaman yang miskin K kehilangan kendali dalam laju transpirasinya dan menderita kekeringan internal.

iv). Kekuatan batang. Tanaman yang kekurangan K pada umumnya berbatang lemah dan suatu keadaan defisiensi K dapat menunjukkan gejala kerebahan (roboh) pada tanaman berbiji kecil serta pematahan batang pada jagung dan shorgum (Tabel 5).

Tanaman yang kekurangan K mungkin tidak memperlihatkan suatu gejala defisiensi, tetapi hasil tanaman akan sangat menurun. Jika terjadi gejala pada daun, maka hal ini terjadi pada jaringan yang lebih tua karena adanya mobilitas K. Biasanya tanaman mengerdil dengan ruas-ruas yang memendek.

Gejala pada daun ditandai dengan suatu proses penguningan yang dimulai pada ujung daun yang lebih tua dan berjalan di sepanjang tepian hingga pangkal daun. Seringkali tepi daun menjadi coklat dan kering (nekrosis).

Fungsi Belerang

Sulfur hampir seluruhnya diserap dalam bentuk ion SO42-, direduksi dalam tanaman dan digabungkan ke dalam senyawa organik. S merupakan konstituen dari asam-asam amino : sistin, sistein dan methionin dan karenanya protein mengandung jenis asam amino tersebut.

Gejala Defisiensi

Karena terjadinya penurunan fotosintesis dan pembentukan protein bila kekurangan S, maka terdapat kadar pati rendah serta suatu akumulasi fraksi-fraksi N yang dapat larut.

Defisiensi S pada jagung menunjukkan gejala penguningan menyeluruh terutama pada daun yang lebih muda karena adanya imobilitas S dibawah kondisi kekurangan. Seringkali dedaunan menunjukkan gejala klorosis interveinal mirip dengan defisiensi Zn. Defisiensi S paling sering terjadi pada tanah-tanah alkalis.

Fungsi Kalsium

Fungsi Ca pada umumnya merupakan kation utama dari lamela tengah suatu dinding sel, dimana kalsium pektat merupakan penyusun utamanya. Selain itu Ca memiliki andil penting dalam pengaturan membran sel dengan jalan memelihara selektuvitas terhadap berbagai jenis ion.

Gejala Defisiensi

Karena peranan Ca sebagai bahan struktural dalam tubuh dalam tubuh tanaman adalah amat imobil, maka gejala defisiensi semakin jelas pada saat pertumbuhan baru. Dalam beberapa hal, jaringan tanaman yang lebih tua bisa mengandung sejumlah Ca yang berlebihan sedangkan daerah pertumbuhan baru kekurangan. Walaupun semua titik tumbuh peka terhadap defisiensi Ca

tetapi bagian akarlah yang lebih parah. Bagian itu akan berhenti tumbuh, menjadi tidak teratur, terlihat bagai membelit dan pada defisiensi berat akan mati.

Pada jagung, gejala foliar pertama nampak berwarna kuning menyebar hingga putih dengan luas sekitar 1/3 jarak dari ujung daun yang termuda. Daun berikutnya yang terbentuk dapat mengalami klorosis dan menggulung. Akhirnya pucuk tanaman terhenti pertumbuhannya.

Fungsi Magnesium

Mg diserap dari tanah dalam bentuk ion Mg2+. Mg menyusun lokus pusat dari molekul klorofil dan juga merupakan aktivator berbagai jenis enzim yang mempengaruhi hampir setiap proses metabolisme tanaman.

Mg diperlukan bagi pengaktifan sejumlah enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan teristimewa dalam siklus asam sitrat yang penting dalam proses respirasi.

Gejala Defisiensi

Mg merupakan unsur mobil dalam tanaman dan segera ditranslokasikan ke bagian yang lebih muda dari bagian tanaman yang lebih tua. Pada beberapa spesies defisiensi muncul berupa klorosis internal daun, sedangkan pembuluh angkut daun tetap hijau. Pada saat defisiensi semakin parah, jaringan daun menjadi pucat merata, kemudian coklat dan nekrosis.

Sebagai akibat dari klorosis, tanaman yang kekurangan Mg memiliki laju fotosintesis yang lebih rendah, lintasan biosintetis kacau sebagai hasil dari penghambatan sejumlah proses transfosforilasi enzimatis dan senyawa N terlarut tredapat dalam kadar yang lebih tinggi di atas normal.

DIAGNOSIS DEFISIENSI

Terdapat banyak resiko dalam melakukan diagnosis secara terpisah terhadap sejumlah gejala yang ada, karena hasilnya mudah dikacaukan satu sama lain dan juga oleh pengaruh bahan kimia, kekeringan maupun penyakit.

Namun demikian menurut pengalaman dan pengetahuan tentang keadaan tanah yang berkaitan dengan beberapa gejala, maka kesemuanya dapat merupakan alat diagnostik yang berguna. Kunci pedoman yang diuraikan di bawah ini dapat bermanfaat dalam tujuan diagnosis itu :

A.

Pengaruh lokal, terjadi sebagai pembecakan atau klorosis dengan atau tanpa becak nekrosis pada daun yang lebih bawah, sedikit atau tanpa pengeringan pada daun bawah.

1). Daun bawah melekuk atau mengangkup ke bawah dengan becak kekuningan di ujung dan tepi. Becak nekrosis di ujung dan tepi. . . . . . .

2). Daun bawah klorosis diantara pembuluh utama pada ujung dan tepi dengan warna hijau pucat hingga putih. Biasanya tanpa becak nekrosis . .

(Kalium)

(Magnesium)

B.

Pengaruh umum, terjadi penguningan dan pengeringan atau “ kebakaran “ pada daun-daun sebelah bawah.

1).Tanaman berwarna hijau pucat, daun bawah kuning, kering dan berwarna coklat terang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2).Tanaman berwarna hijau gelap, lebar daun menyempit dibanding panjangnya tanaman tak mencapai dewasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

(Nitrogen)

(Fosfor)

C.

Mati pucuk pada tunas terminal, yang didahului oleh nekrosis pada ujung atau pangkal daun muda yang mengalami stagnasi pertumbuhan

1). Daun muda membentuk tunas terminal, berwarna hijau terang, diikuti dengan pelengkungan ke bawah yang khas di bagian ujung, kemudian nekrosis, sehingga bila terjadi pertumbuhan yang kedua maka bagian ujung dan tepi daun akan menghilang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2). Pertumbuhan daun muda terhambat dan bagian pangkal berwarna hijau terang, diikuti dengan dekomposis di pangkal daun, dan jika terjadi pertumbuhan yang terakhir maka daun akan terpilin ; daun patah dan memperlihatkan penghitaman pada jaringan pembuluh . . . . . . . . . .. . . .

(Kalsium)

(Boron)

D.

Tunas terminal tetap hidup, terjadi klorosis daun pucuk atau bagian atas, dengan atau tanpa becak nekrosis, pembuluh berwarna cerah atau hijau gelap

1). Daun muda dengan becak nekrosis menyebar di seluruh daun yang klorosis, cabang pembuluh terkecil cenderung tetap hijau, menimbulkan pengaruh yang bisa diamati . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2). Daun muda tanpa becak nekrosis, klorosis bisa atau tidak melibatkan pembuluh sehingga mengakibatkan daun berwarna hijau terang .. . . . . . .

(Mangan)

(Copper)

E

Daun muda dengan pembuluh atau warna hijau cerah atau kegelapan yang sama seperti jaringan interveinal.

Berwarna hijau terang, tidak pernah putih atau kuning, daun bawah tidak mengering. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

(Sulfur)

F.

Daun muda mengalami klorosis, pembuluh utama berwarna hijau yang lebih gelap dari pada jaringan yang terletak diantara pembuluh angkut daun.

1). Keseluruhan daun menjadi berwarna kuning pucat/ putih. . . . . . . . .

2). Terjadi klorosis interveinal

(a). Pertumbuhan terminal terhambat dan membentuk ‘ roseta “ . . . . . . .

(b). “ Mati bujang “ di bagian pucuk dan di sepanjang tepi daun . . . . . . .

( Fe )

(Zn)

(Cu)

DAFTAR PUSTAKA

Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre, 1975. Fundamentals of Horticulture. Tata McGraw Hill Publ. Co. Ltd. New Delhi. 560 pp.

Fordham, R., and A.G. Biggs, 1985. Principles of Vegetable Crop Production. William Collins & Co. Ltd., London. 215 pp

Hartmann, T.H., A.M. Kofranek, V.E. Rubatzky, W.J. Flocker, 1988. Plant Science, Growth Development and Utilization of Cultivated Plants. Prentice Hall International, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. 674 pp

Janick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Francisco. 586 pp.

Sumeru Ashari, 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta. 485 hal.

Yogi Sugito, 1996. Ekologi Tanaman. Diktat Kuliah. Program Pasca Sarjana, Unibraw, Malang. 101 hal.